Jakarta, Gatra.com - Pfizer Indonesia, bersama dengan Ikatan Program Studi Bioteknologi Indonesia (IPSBI) membuka kembali program HigherHeight 2022 yang mendukung kemajuan pendidikan bioteknologi kesehatan di Indonesia dengan membahas upaya pemerintah dan stakeholder terkait.
Kegiatan bertujuan untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan tinggi, tenaga pengajar serta mahasiswa yang unggul dalam bidang bioteknologi kesehatan di Indonesia.
Program HigherHeight berupaya untuk mengakselerasi transformasi talenta kesehatan dalam kerangka transformasi kesehatan nasional melalui pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi dosen dan mahasiswa bioteknologi kesehatan di Indonesia.
Baca juga: Para Mahasiswa Bioteknologi Kesehatan Berprestasi Raih Penghargaan Pfizer
Tahun ini, program Higher Height berfokus pada penguatan kapasitas dosen dan peneliti bioteknologi kesehatan, di mana 14 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia akan mengikuti program ini.
Para dosen dan peneliti akan mendapatkan pelatihan dan kesempatan bertukar pikiran terkait berbagai topik, mulai dari advanced genomics, real world data hingga rantai pasok vaksin dengan lembaga riset dan industri bioteknologi kesehatan tingkat dunia.
Saat diluncurkan tahun lalu, program HigherHeight diikuti oleh lebih dari 120 mahasiswa dan dosen dari 10 perguruan tinggi di Indonesia.
“Tenaga pengajar dan peneliti merupakan ujung tombak dalam mencetak generasi penerus yang unggul untuk mendorong kemajuan bioteknologi kesehatan di Indonesia. Kami berharap HigherHeight sebagai platform kolaborasi industri dan perguruan tinggi dapat turut mendorong dan menginspirasi penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan, serta inovasi-inovasi yang transformatif,” ungkap Dr. Listya Utami Karmawan, Ketua IPSBI, dalam paparannya di seminar, Jumat (14/10).
Selanjutnya, Listya menyayangkan terbatasnya alokasi anggaran penelitian dan pengembangan di Indonesia. Dana riset suatu negara ialah 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Tapi pada 2018, pengeluaran dana riset di Indonesia hanya 0,2 persen terhadap PDB nasional. Sementara pengeluaran dana riset negara-negara lain seperti Malaysia sudah mencapai 1,3 persen terhadap PDB nasional mereka.
Nora T. Siagian, Presiden Direktur Pfizer Indonesia, berharap HigherHeight sebagai platform kolaborasi biotekologi kesehatan Indonesia yang menjadi wadah bagi dosen dan peneliti bioteknologi kesehatan di tanah air untuk saling berhubungan dengan komunitas global.
“Di Pfizer, kami percaya bahwa pengembangan sumber daya manusia sama pentingnya dengan penekanan pada penguatan penelitian dan pengembangan. Kami berharap pelatihan yang didapat melalui program ini, serta tukar pengalaman dengan pakar-pakar dunia bisa bermanfaat untuk kemajuan bioteknologi kesehatan di Indonesia,” kata Nora.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang hadir secara daring menyampaikan berbagai terobosan di bidang bioteknologi kesehatan yang banyak dirasakan manfaatnya, seperti dalam pengembangan obat, terapi, dan juga alat deteksi.
“Aset terpenting yang harus kita jaga dan kita tingkatkan adalah kualitas sumber daya manusia. Diperlukan talenta terbaik Indonesia yang mampu memanfaatkan teknologi ini. Memanfaatkan datanya, menciptakan pembaruan dan menjadi produk yang dapat membantu meningkatkan kesehatan masyarakat,” kata Menteri Budi Gunadi dalam sambutannya.