Jakarta, Gatra.com-Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menyebut pihaknya tengah mendorong langkah sharing data genome sequence, sebagai salah satu target dalam 2nd Health Ministerial Meeting G20 Presidensi Indonesia, akhir Oktober mendatang. Kendati demikian, dalam perkembangannya, Budi menyebut target tersebut masih cukup jauh dari kata “sepakat”.
Baca juga : Ini Daftar 13 Negara yang Sementara Dilarang Masuk ...
Sebagai informasi, langkah tersebut pada dasarnya dapat menjadi salah satu upaya pencegahan akan merebaknya wabah di masa mendatang. Dengan adanya kebijakan mengenai langkah tersebut, maka para peneliti dari negara tempat munculnya virus dapat meletakkan virus baru tersebut pada suatu basis data global yang dapat diakses oleh peneliti dari negara-negara lain, sehingga pembuatan vaksin pun dapat dilakukan dalam waktu yang relatif lebih singkat.
“The problem with this, biasanya virus itu terjadi di negara berkembang. Begitu dia share datanya, yang bisa bikin vaksinnya negara maju. Sama negara maju dikasih ke rakyatnya. (Gilie negara berkembang, dia kasih belakangan atau dia jual,” jelas Budi Gunadi Sadikin, dalam acara “Ngobrol Bareng Soal G20 Kesehatan”, yang diselenggarakan via Live Instagram, Kamis (13/10).
Baca juga : G20 Soal Kesehatan Bahas Vaksin Hingga Pertukaran Ilmuwan
Hal tersebut pada akhirnya berpotensi memunculkan ketidakadilan. Pasalnya, negara berkembang berpotensi tak dapat memperoleh benefit apapun, meski telah berkontribusi dalam memberikan data virus pada basis data global.
“(Negara berkembang inginnya) ada complementary dari data sharing and benefit sharing. Kalau negara maju, maunya ‘Oh, data sharing aja, benefit sharing-nya enggak,” lanjut Budi.
Oleh karena itu, pembahasan mengenai langkah tersebut hingga saat ini masih belum juga menemui tahap final. Menurutnya, saat ini, pembahasan tersebut masih bertengger pada kesepakatan, yang digambarkan dalam penggunaan kata-kata yang cenderung amat diplomatis.
“Kita ngomongnya, ‘We encourage access as open as possible, but as close as necessary’,” ujar Budi dalam kesempatan tersebut. Dengan kata lain, bahasa diplomatis tersebut dapat diartikan sebagai dorongan agar akses dapat diberikan seterbuka mungkin, sekaligus sedekat mungkin.
Menurutnya, dorongan akses seterbuka mungkin cenderung datang dari negara maju. Sementara itu, dorongan pembagian akses sedekat mungkin, merupakan keinginan dari negara berkembang.
Baca juga : Kemenkes Siapkan Fasilitas Klinik dan ICU Menyambut ...
Dengan demikian, Budi mengaku bahwa sampai saat ini, pihaknya masih berupaya untuk melakukan diplomasi secara intens dengan pihak-pihak terkait, agar kesepakatan terkait praktik dari langkah itu dapat tercapai. Terlebih, ia mengamati adanya perbedaan keinginan dari negara-negara maju dan negara berkembang.
“Kita lagi still (melakukan) intense diplomacy untuk mencapai kesepakatan itu, tapi layaknya agak susah, karena negara maju inginnya only data sharing, negara berkembang inginnya data sharing and benefit sharing,” pungkas Budi dalam kesempatan tersebut.
Untuk diketahui, pembangunan arsitektur kesehatan global menjadi salah satu isu prioritas dalam pelaksanaan G20 Presidensi Indonesia. Sementara itu, dua isu prioritas lainnya adalah mengenai transisi energi berkelanjutan serta transformasi digital dan ekonomi.