Jakarta, Gatra.com - Tak puas dengan penanganan kasus Stadion Kanjuruhan yang terkesan lambat, Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid, menuntut agar Kapolri lebih tegas dalam menindak para tersangka dan pelaku utama yang menyebabkan kematian ratusan orang tersebut.
Syakur berharap bahwa kasus ini bisa diselesaikan secara cepat dengan harapan dapat membuktikan profesionalitas aparat penegak hukum sekaligus membersihkan citra dunia persepakbolaan nasional yang sudah tercemar.
"Untuk membersihkan citra persepakbolaan kita dan menegakkan keadilan untuk ratusan orang yang meninggal, mau tak mau Kapolri harus bersikap tegas. Harus profesional agar masyarakat kembali percaya," kata Syakur dalam keterangannya, Senin (10/10/2022).
Habib Syakur berterima kasih pada penegak hukum karena beberapa orang pelaku penembakan gas air mata dan beberapa panitia sudah diproses hukum. Namun hal tersebut, kata dia, belum cukup. Pasalnya, banyak orang yang diduga turut bertanggung jawab pada tragedi ini tetapi belum diproses.
Salah satu orang yang dianggap bertanggung jawab adalah Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Pol Nico Afinta. Syakur mengatakan Nico harus bertanggungjawab atas keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah Jawa Timur.
"Kapolda Jatim jelas bertanggung jawab. Sebab keamanan Jawa timur adalah tanggung jawabnya. Harusnya dia paham dan tahu bahwa perhelatan akbar ini sangat sensitif dan mendapat perhatian besar dari masyarakat umum, tentu harus ada pengamanan ekstra dan profesional, bukan asal-asalan," kata Syakur.
Ia mengatakan ratusan orang yang meninggal di Stadion Kanjuruhan seharusnya menggerakkan hati nurani Kapolda untuk mengundurkan diri secara sukarela.
"Secara moral harusnya dia paham dan dengan penuh kesadaran harusnya mundur dari jabatannya karena telah mengakibatkan ratusan nyawa melayang sia-sia," papar Syakur.
"Untuk hal yang sebenarnya dapat dicegah dan ditangani secara manusiawi tanpa ada korban jiwa," tambahnya.
Diketahui, tragedi kerusuhan yang berujung maut di Stadion Kanjuruhan terjadi saat Arema FC dikalahkan 2-3 oleh Persebaya. Suporter Arema FC yang tak rela klub kesayangannya tumbang di kandang sendiri, melakukan kericuhan dengan memasuki arena lapangan.
TNI dengan sigap segera memukul mundur para suporter fanatik tersebut dan tak berapa lama terlihat asap mengepul di pinggiran lapangan.
Asap tersebut berasal dari gas air mata yang dilemparkan oleh aparat ke suporter yang turun ke lapangan.
Gas dan asap yang mengepul itu diduga telah menyesakkan nafas yang membuat penonton yang berdesakan itu lemas dan diketahui, dari data terakhir sebelum polri merilis, ada sekitar 174 orang meninggal dalam insiden tersebut.
Tokoh asal Jawa Timur tersebut mengungkapkan, jika Kapolri tidak mau menindak anak buahnya, ia berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun tangan untuk membereskan Institusi kepolisian.
"Jika Sigit (Jenderal Kapolri) tidak mampu menindak tegas bawahannya, sebaiknya Presiden Jokowi turun tangan mereformasi institusi kepolisian demi memulihkan citra polri di masyarakat," bebernya.
Ia juga menyinggung dugaan tiga Kapolda, salah satunya adalah Kapolda Jawa Timur yang diduga terlibat dalam skandal Ferdy Sambo dan komplotan Konsorsium 303.
"Apalagi ada dugaan bahwa yang bersangkutan (Kapolda Jatim) terkait dengan skenario Ferdy Sambo dan juga ada isu yang beredar keterkaitannya dengan Konsorsium 303," pungkasnya.