Pekanbaru, Gatra.com - Lelaki 57 tahun ini tak menampik kalau dia dan semua orang penting di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai (Kanwil DJBC) Riau, sempat ketar-ketir setelah larangan ekspor minyak sawit dan sejumlah turunannya, diberlakukan pada 28 April 2022.
Ketar-ketir itu muncul lantaran target penerimaan Kanwil DJBC Riau untuk tahun ini sudah kadung dipatok Rp13,172 triliun. Padahal, duit paling besar yang diharapkan untuk memenuhi target itu, justru dari sektor sawit.
Tengoklah fakta di lapangan, akibat larangan ekspor tadi, penerimaan Bea Keluar (BK) ekspor minyak sawit dan turunannya jadi mengkeret ke angka sekitar Rp300 miliar.
Padahal sebelum larangan ekspor berlaku, duit yang mengalir bisa mencapai angka di kisaran Rp1,2 triliun hingga Rp1,5 triliun perbulan.
"Memang betul-betul ngedroplah. Soalnya yang bisa diekspor saat itu paling hanya cangkang, bungkil dan yang lain," cerita Isja Bewirman menjawab pertanyaan Gatra.com, dua hari lalu.
Kebetulan Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai Kanwil DJBC Riau ini didapuk memaparkan kinerja Kanwil DJBC Riau sepanjang Januari-Agustus 2022 di Aula Media Center, di lantai dua kantor yang berada di kawasan jalan Sudirman Pekanbaru itu.
Isja tak sendirian di acara Media Gathering bersama sejumlah wartawan media lokal dan nasional ini. Dia ditemani Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan Sehat Yulianto, Kepala Seksi Penyidikan, Satrianto dan Kepala Seksi Humas, Jalu Restu Wisuda.
Kepala Kantor Bea Cukai Pekanbaru, Tommy Hutomo dan anak buahnya, Kepala Seksi Penanganan Layanan Konsultasi, M Zulfikar, juga ada di sana.
"Tapi alhamdulillah, di bulan Juni, penerimaan kita membengkak menjadi sekitar Rp3,6 triliun. Duit ini enggak hanya dari BK tapi juga dari Flush Out yang USD200 per ton itu," lelaki yang belum setahun bertugas di Riau ini nampak sumringah.
Oleh kondisi ekspor yang kembali berpihak itu pula lah, hingga Agustus 2022 lalu, target penerimaan Kanwil DJBC Riau sudah tercapai, malah lebih.
"Target kita kan Rp13,172 triliun. Sementara duit yang masuk sudah Rp13,177 triliun. Kalau dipersentasekan ya 100,04 persen lah," Isja merinci.
Semua duit itu bersumber dari empat kantor Bea Cukai yang tersebar di empat wilayah di Riau; Dumai, Pekanbaru, Bengkalis dan Tembilahan.
Dumai menyetor Rp12,94 triliun. Pekanbaru 193,72 miliar, Bengkalis Rp3,97 miliar dan Tembilahan Rp32,77 miliar. "Tiga daerah ini penerimaannya kecil-kecil lantaran hanya bersumber dari kepabeanan. Sementara Dumai besar lantaran ekspor sawit ada di sana," terangnya.
Kalau dirunut ke belakang, penerimaan Kanwil DJBC Riau tahun ini tergolong sangat besar ketimbang tahun lalu yang hanya sekitar Rp8 triliun dan tahun 2020 hanya sekitar Rp.220 miliar.
Penerimaan dari Bea Masuk juga begitu. Tahun ini --- dihitung hingga September --- sekitar Rp151 miliar. Sementara tahun lalu dan tahun 2020 hanya sekitar Rp110 miliar dan Rp90 miliar.
Abdul Aziz