Jakarta, Gatra.com - Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kendaraan udara berbasis tenaga elektrik akhirnya dinobatkan sebagai pemenang Top Innovation Company pada ajang Indonesia Success Award 2022 yang diselenggarakan oleh Success Magazine.
Atas award yang diraih dalam ajang tersebut, PT Indonesia Air Mobility Industries (PT IAMI) melalui Wakil Presiden Direkturnya, Simson Hendro Cipto Purba menyampaikan bahwa perusahaannya akan terus fokus pada kendaraan udara berbasis tenaga elektrik.
“Ini merupakan award pertama yang diterima oleh PT IAMI, dimana pasar IAMI sebenarnya ada di Eropa dan Amerika. Sebagai perusahaan yang baru lahir, kami merasa kaget atas penghargaan ini. Kami meyakini saat ini menjadi yang pertama dan masih menjadi satu-satunya yang ada di Indonesia. Tentunya program kami ini sangat mendukung arahan dari Presiden Joko Widodo untuk terus berinovasi dibidang kendaraan berbasis tenaga elektrik di Indonesia”, papar Simson dalam keterangannya, Sabtu (8/10/2022).
Simson juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pemerintah atas dukungan yang telah diterima oleh perusahaannya. Menurutnya, pemerintah selama ini telah mempermudah izin dan akses bagi PT IAMI untuk berinvestasi di Indonesia.
"Titik Fokus utama dari penghargaan ini adalah menyoroti perkembangan bisnis dan pribadi berprestasi, bagaimana penghargaan ini juga dapat berkembang ke platform Internasional dan akhirnya menggunakan penghargaan ini sebagai senjata ampuh untuk menembus pasar baru,” tambah Simson.
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur operasional PT IAMI, Noval Akbar yang turut hadir dalam Indonesia Success Award 2022 itu. Dengan penghargaan yang diraih oleh PT IAMI, kedepannya pihaknya akan merekrut, melatih dan mendidik tenaga kerja asal Indonesia agar bisa berkontribusi secara maksimal pada industri kendaraan udara berbasis elektrik.
“Direncanakan pabrik kami yang berada di Siak Riau akan merekrut kurang lebih 4.000 tenaga kerja asal Indonesia. Dalam kurun waktu 1-2 tahun ke depan, PT IAMI ditargetkan akan memperoleh sertifikasi layak dan sudah bisa memproduksi kendaraan udara berbasis elektrik untuk dieksport,” jelas Akbar.
Menurut Akbar, saat ini sudah ada beberapa investor yang masuk seperti dari Timur Tengah untuk pengembangan usaha yang tengah dirintis perusahaannya. “Kantor pusat kami sendiri berada di Jakarta, kami juga sudah mengakuisisi lahan dan siap untuk membangun pabrik dalam waktu dekat. Selain itu PT IAMI juga telah memperoleh sertifikasi layak sehingga perusahaannya berhak untuk mengekspor kendaraan udara berbasis elektrik ke luar negeri,” tandas Noval.
Baik Simson Hendro maupun Noval Akbar sepakat bahwa untuk sementara ini, kendaraan berbasis elektrik yang diproduksinya belum untuk dipergunakan atau dioperasionalkan di Indonesia. “Kepentingan kami membangun pabrik di Indonesia dengan biaya investasi sebesar Rp 4,5 triliun dalam waktu dekat pasarnya adalah di Amerika dan Eropa. Kami membaca, Pemerintah Indonesia sejauh ini belum berminat untuk mempergunakan kendaraan udara berbasis elektrik di tanah air. Untuk pengadaan baterainya sendiri sebagai salah satu komponen yang terbilang sulit, PT IAMI akan bekerja sama dengan perusahaan tambang maupun produsen baterai di Indonesia,” papar Akbar.
Seperti diketahui sebelumnya, prototipe kendaraan udara berbasis elektrik, saat ini tengah dirangkai di beberapa negara di luar negeri dan dalam waktu dekat akan dibawa ke Indonesia untuk diperkenalkan kepada khalayak luas. Kendaraan berbasis elektrik yang diproduksi oleh PT Indonesia Air Mobility Industries dirancang menyerupai mobil terbang dengan kapasitas empat penumpang.
Kendaraan udara berbasis elektrik ini sepenuhnya mempergunakan tenaga listrik dengan cara dicharge dimana lokasi charger tersebut berada dimasing-masing landasan. Dengan konsep auto pilot atau tanpa pengemudi, kendaraan udara berbasis elektrik tersebut dilengkapi GPS untuk mendarat di lokasi-lokasi yang telah dipasangi charger.
Saat ini, kendaraan udara berbasis elektrik yang telah beroperasional di Kuwait, PT IAMI menunjuk Jepang dan Korea Selatan untuk merakitnya sebelum dibawa ke Indonesia. Ke depannya akan ada tujuh perusahaan besar yang akan mendukung beberapa bagian kendaraan, sementara Indonesia sendiri hanya sebagai tempat perakitan jika pabrik di Riau seluas 1.500 hektar telah siap beroperasi.