Jakarta, Gatra.com – Ketua DPR RI Puan Maharani memimpin sidang the 8th G20 Parliamentary Speakers’ Summit (P20). Terdapat sejumlah isu yang dibahas para pimpinan parlemen-parlemen negara G20 itu, termasuk persoalan gangguan rantai pasok pangan.
Pada sesi pertama sidang P20, Puan memimpin diskusi memgenai isu iklim dan lingkungan. Tema di sesi perdana ini mengenai ‘Percepatan Pembangunan Berkelanjutan dan Ekonomi Hijau’.
“Di tengah kondisi dunia yang masih rentan dalam upaya pemulihan dari pandemi Covid-19, tantangan global menjadi semakin kompleks dengan keberadaan krisis multidimensi,” kata Puan saat memimpin sidang P20 di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/10).
Baca Juga: Puan Maharani Paparkan Tujuan P20 Indonesia
Krisis multidimensi tersebut mulai dari tekanan geopolitik, krisis pangan dan energi, stagnasi ekonomi, hingga tantangan perubahan iklim dan lingkungan. Puan menegaskan, dampak buruknya dirasakan secara global, terutama oleh negara-negara miskin.
“Untuk pertama kalinya dalam 32 tahun, laporan Pembangunan Manusia PBB menunjukkan standar hidup negara-negara telah menurun secara global selama dua tahun berturut-turut,” lanjut perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.
Menurut Puan, pembangunan manusia kembali tumbang pada tahun 2016 yang membalikkan sebagian besar pencapaian Sustainable Development Goals atau tujuan pembangunan berkelanjutan.
Mantan Menko PMK ini membahas upaya pengentasan kemiskinan semakin sulit dicapai. Terlebih lagi, terdapat ketimpangan antarpenduduk dan negara yang semakin tinggi, sehingga upaya pencapaian target tanpa kelaparan semakin berat.
“Hal ini menunjukkan pentingnya kita meningkatkan aksi karena waktu untuk penuhi target SDGs kurang dari 8 tahun lagi, sehingga saya memandang bahwa implementasi SDGs harus dipercepat dan ketahanan negara berkembang dalam hadapi krisis harus diperkuat,” tegasnya.
Pendanaan yang dibutuhkan dalam pembangunan menjadi lebih banyak dari sebelumnya lantaran krisis multidimensi tersebut.
Kesenjangan pembiayaan SDGs global pun meningkat dari US$2,5 triliun per tahunnya sebelum pandemi Covid-19, menjadi US$4,2 triliun pasca-pandemi. “Karenanya kita tidak bisa bekerja business as usual dan perlu lakukan extraordinary effort,” ujar Puan.
Kesenjangan pembiayaan tersebut juga dinilai dari langkah-langkah terobosan untuk pendanaan pembangunan. Puan menyebut peran parlemen penting dalam membantu mewujudkan pemulihan dunia agar menjadi lebih hijau, inklusif, dan berkelanjutan.
“Parlemen sebagai mitra pemerintah dapat mendukung agar komitmen terwujud dalam aksi nyata,” paparnya.
Baca Juga: Bicara di P20, Puan Maharani Singgung Soal Resesi Ekonomi Hingga Krisis Global
Puan menjelaskan, aksi nyata yang dapat dilakukan parlemen seperti pelaksanaan anggaran yang diarahkan agar bersinergi dengan pembangunan berkelanjutan, termasuk mengakselerasi transisi energi dan penanganan perubahan iklim.
Kemudian, mendukung kemitraan global bagi capacity building dan transfer teknologi bagi negara berkembang serta implementasi komitmen pendanaan pembangunan bagi negara berkembang, termasuk komitmen pendanaan perubahan iklim US$100 miliar per tahun.
“G20 yang menguasai 85% ekonomi dunia tentunya dapat berdampak signifikan bagi kemajuan dunia jika melakukan aksi konkret dan nyata,” tutur Puan.