Jakarta, Gatra.com - Koordinator Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pos Malang, Daniel Alexander Siagian, bercerita bagaimana mengerikannya tragedi Kanjuruhan yang menimpa kepada korban dan saksi. Daniel mengakui bahwa pihaknya menyaksikan sendiri bagaimana tragedi ini berimbas pada keluarga, teman korban, hingga saksi.
"Mereka tidak ada yang membantah bahwa ini bukan merupakan kecelakaan yang biasa. Ini merupakan tragedi terhadap kemanusiaan," kata Daniel pada diskusi melalui Zoom bersama awak media, Jakarta, Rabu (5/10).
LBH Pos Malang juga menginformasikan untuk membuka pos yang diperuntukan bagi saksi serta korban. Selama 4 hari Daniel magatakan bahwa pihaknya akan fokus melakukanpenyisiran saksi dan korban melalui pembukaan posko bagi korban ataupun saksi. Pihaknya juga berupaya untuk mendekati para saksi yang ada di Tribun stadion.
Baca Juga: Pendekatan Pelumpuhan dan Pengusutan Komando Jadi Catatan dalam Tragedi Kanjuruhan
Ia juga tak menepis bahwa biang keladi kerusuhan dan kepanikan hadir karena penggunaan gas air mata. Dari hasil penelusuran timnya pun, kurva bagian selatan dan kurva bagian VVIP berjadi wilayah yang paling banyak memakan korban jiwa baik itu anak-anak, perempuan, dan orang dewasa
"Terdapat fakta mengejutkan pada beberapa pintu di Stadion yang tidak bisa dibuka, sehingga para suporter dengan terpaksa membobol," bebernya.
Namun dikarenakan over capacity ditambahkan dengan pintu yang sempit, faktor itu yang mengakibatkan banyak korban yang berjatuhan dan tergencet hingga terinjak-injak mengingat kepanikan yang timbul dari gas air mata.
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, Ahli Pidana Sebut Proses Hukum Harus Tetap Berjalan
"Pintu 11 sampai 14 berdasarkan keterangan korban dan saksi, kurva South itu hanya satu pintu yang terbuka dari tiga pintu lainnya. Gate 11 yang terbuka dengan kondisi yang sangat sempit. Kemudian pada gate lain dipaksa untuk dibobol namun tetap memakan banyak korban jiwa," jelasnya.
Bukan hanya itu saja, pihak LBH pos Malang menemukan beberapa video-video yang sedang didalami. Pada proses pencarian data korban masih terdapat perbedaan seperti dari yang disampaikan Aremania menyampaikan korbannya 200 orang lebih, kemudian dari Dinas Kesehatan Malang menyampaikan terdapat 131 korban, dan Kepolisian mengatakan 127 korban jiwa. Untuk itulah LBH Malang Pos Malang masih mencari perhitungan data korban dari tragedi Kanjuruhan tersebut