Jakarta, Gatra.com - Ketua Komite Disiplin PSSI Erwin Tobing membenarkan bahwa ada beberapa pintu stadion yang belum dibuka saat tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10) malam.
Erwin mengatakan, dalam aturan PSSI disebutkan bahwa pintu stadion seharusnya dibuka 10 menit menjelang pertandingan selesai. Namun security officer Arema FC lalai dalam menjalankan tugasnya sehingga pintu lupa dibuka.
Dampaknya ratusan orang meninggal dunia karena kelalaian tersebut. Setelah pertandingan, saat ada kericuhan di lapangan, polisi menembakkan gas air mata. Hal ini membuat penonton berebut ingin keluar tetapi pintu tertutup.
"Banyak kelemahan panitia pelaksana pertandingan seperti pintu tidak dibuka, pintu besar juga tidak dibuka. Lorong ke dalam juga gelap," kata Erwin soal salah satu kelalaian terbesar Panpel Arema dalam pertandingan tersebut.
Salah satu pintu yang tidak dibuka setelah pertandingan itu adalah di gate 13. Disebutkan puluhan korban meninggal dunia di lorong pintu masuk ini karena berdesak-desakan, terinjak-injak, dan kekurangan oksigen.
Ketua Komite Wasit PSSI Achmad Riyadh yang juga hadir dalam jumpa pers tersebut membenarkan bahwa ada pintu yang tidak dibuka. Inilah bentuk kelalaian panitia yang berakibat fatal bagi penonton.
"Sebagian dibuka, sebagian tidak. Ketepatan pemandu yang menjaga pintu tidak melaksanakan tugasnya. Beberapa orang petugas yang ditunjuk belum melaksanakan tugasnya itu," kata Riyadh.
Diketahui, duel Arema FC versus Persebaya berujung ricuh setelah pertandingan. Selepas laga dengan skor 3-2 untuk kemenangan Persebaya itu penonton masuk ke lapangan. Karena banyak yang turun polisi lantas melakukan pengamanan.
Proses pengamanan ini tidak berjalan lancar. Selain ada yang mendapat kekerasan ada pula tembakan gas air mata ke tribune. Hal ini menyulut penonton semakin beringas sehingga membalikkan mobil polisi.
Keadaan jadi tak kondusif dan akhirnya jatuh korban. Berdasarkan data Polri korban jiwa berjumlah 125 orang.