Jakarta, Gatra.com- Pemerintah mengklaim bahwa Indonesia sudah tidak impor beras selama tiga tahun belakangan. Namun, klaim tersebut terbantahkan. Bily, seorang dari kalangan pedagang beras mengungkap bahwa selama ini beras selundupan banyak masuk ke Indonesia di wilayah perbatasan di Sumatera seperti Pulau Batam dan Jambi.
"Kalau mau jujur sebenarnya, beras ini ngeri-ngeri sedap. Ya kalau dibilang cukup (ya) cukup, kalau dibilang kurang (ya) kurang. Paham nggak? Coba kalau selundupan ditutup, saya mati," ungkap Bily kepada wartawan usai para menteri dan pejabat memantau harga dan pasokan beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Senin (3/10).
Ia menyebut, 90 persen beras di Batam selundupan dari Vietnam. Tak hanya khusus, segala jenis beras menyusup masuk dan diperdagangkan untuk wilayah sekitar sana seperti Tanjung Pinang, Selat Panjang, dan Dumai. Bily mengakui, hampir setiap hari beras selundupan dari Vietnam itu masuk hingga 500 ton.
"Bahasanya khusus, tapi nggak. Beras apa aja masuk di sana, nggak ada khusus. Jambi ada pelabuhan untuk selundup, Kuala Tungkal namanya," sebutnya.
Kendati demikian, menurut pengakuan Bily, beras selundupan dari Vietnam itu tidak bisa masuk ke wilayah pulau Jawa lantaran pengawasan yang ketat.
"Kalau Jakarta pasti saya lapor Presiden. Kalau ke Jawa satu kilopun nggak berani mereka, pasti Presiden marah," pungkasnya.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik mencatat pada 2021 Indonesia masih mengimpor beras khusus sebanyak 407.741,4 ton dari sejumlah negara. Angka itu naik dari tahun 2020 sebesar 356.286,9 ton.
Sementara Presiden Joko Widodo baru-baru ini mendapat penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) karena dinilai berhasil mencapai swasembada beras. Adapun impor beras yang dimaksud pemerintah tidak lagi dilakukan selama tiga tahun belakangan yaitu untuk jenis beras medium yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan menjadi cadangan beras pemerintah (CBP).