Jakarta, Gatra.com - Tragedi kerusuhan Arema FC vs Persebaya Surabaya yang memakan korban mencapai 130-an dan puluhan korban luka-luka disoroti berbagai media lokal dan luar.
Kerusuhan maut terjadi pasca-laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, dalam lanjutan Liga 1 pada Sabtu (01/10/2022) kemarin.
Media luar seperti The New York Times, memberitakan tragedi tersebut dengan judul ‘More Than 100 Dead in Unrest After Indonesian Soccer Match’.
Sedangkan media lainnya seperti The Guardian, memberikan judul ‘More than 120 people reportedly killed in riot at Indonesian football match.’
Selanjutnya Fox Sport, menuliskan judul berita ‘More than 100 people dead, league suspended as football riot ends in disaster.’
Kemudian media asing, Daily Star yang menyoroti soal anak-anak hingga polisi yang ikut menjadi korban tewas, media tersebut menuliskan judul ‘’Football fan riots leave 127 dead with children and police officers among those killed.
Sementara media asing dari Singapura, The Strait Times, juga memberitakan dengan judul ‘More than 129 people killed after stampede at Indonesia football match - The Straits Times’.
CNN, juga turut meramaikan pemberitaan dengan menuliskan judul, ‘Indonesia stadium riot: At least 127 people reported dead following soccer match, police say.’
CNN mengutip pernyataan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan yang menyesalkan aksi superter Arema Malang di Stadin Kanjuruhan. “Kejadian ini menodai wajah sepakbola Indonesia,” ujar Iriawan.
CNN juga sudah berusaha untuk mengkonfirmasi pihak FIFA untuk memberikan pernyataan terkait tragedi ini, namun pihak FIFA belum memberikan jawaban.
Sementara BBC membuat judul “Indonesia: More than 120 dead in football stampede”.
Media Inggris ini mengutip pernyataan dari Kapolda Jawa Timur, Nico Afinta yang menyatakan bahwa polisi menembakkan gas air mata setelah penonton menyerbu ke dalam lapangan menyebabkan mati lemas. “34 meninggal di stadion dan sisanya meninggal di rumah sakit,” ujar Nico.
Pemicu Tragedi Maut di Kanjuruhan
Pemicu kerusuhan tersebut diduga karena ribuan orang dari tribun penonton masuk ke lapangan usai Arema FC dikalahkan Persebaya dikalahkan dengan skor 2-3. Para pemain Arema dan Persebaya tak sempat berbagi salam untuk penghormatan setelah pertandingan, sebab suporter yang turun ke lapangan berlari menuju ruang ganti untuk mengejar pemain.
Beberapa dari mereka juga melempari polisi dengan benda-benda tumpul. Perlengkapan pertandingan dan fasilitas di dalam lapangan meliputi bangku pemain, papan iklan, jaring gawang ikut menjadi pelampiasan kekecewaan.
Dalam aksinya, mobil polisi turut menjadi sasaran amukan massa. Hingga akhirnya polisi menembakkan gas air mata.
Gas air mata tersebut menyelimuti tribun penonton. Akibat dari lontaran gas air mata tersebut suporter mengalami sesak napas dan tak sedikit dari mereka jatuh pingsan saat berebut keluar area stadion.