Jakarta, Gatra.com – Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengaku selalu berpesan kepada Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati agar 'eman-eman' dalam menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Saya selalu sampaikan kepada Menteri Keuangan, Bu kalau punya uang di APBN kita di-eman-eman. Dijaga, hati-hati mengeluarkannya," ungkap Jokowi dalam UOB Indonesia Economic Outlook 2023 di Jakarta, Kamis (29/9).
Jokowi menyebut agar setiap penggunaan APBN harus produktif dan dipastikan menciptakan return yang jelas. Ia mengungkapkan alasan utama dirinya berhati-hati menjaga APBN, yaitu krisis global yang menerjang hampir semua negara. Menurut informasi yang dia dapat hasil lawatan ke beberapa pimpinan negara G20, menunjukkan bahwa ekonomi sebagian besar negara tumbuh melemah dan terkontraksi.
Baca Juga: Beresiko Bebani APBN, PKS Minta Presiden Tunda Pengadaan Kendaraan Listrik di Pemerintahan
"Dari situ saya bisa menyimpulkan bahwa semuanya sulit," ucapnya.
Bahkan, kekhawatiran Jokowi bertambah usai menggelar diskusi beberapa waktu lalu dengan Presiden Ukraina Zelenzki dan Presiden Rusia, Putin menghasilkan kesimpulan bahwa akhir perang belum bisa dipastikan.
"Lebih sulit lagi saat bertemu dengan Zelenzki dan Presiden Putin, 1,5 jam saya berdiskusi dengan Zelensky, dan 2,5 jam bersama Putin. Kesimpulannya sama, perang tidak jelas kapan berhentinya," ungkapnya.
Kepala negara pun mewanti-wanti terkait ancaman krisis energi hingga finansial yang terus membayangi semu negara di dunia. Permasalahan krisis finansia di Inggris Raya, kata Jokowi, bahkan telah berdampak ke semua negara.
Baca Juga: Defisit APBN 2023 Dipatok Lebih Rendah, Pembiayaan Utang Negara Melejit ke Rp696,3 T
"Setiap hari yang kita dengar selalu krisis energi, minyak, gas, hampir semua negara. Krisis finansial, pergerakan nilai tukar yang melompat-lompat baru saja sehari dua hari ini karena APBN di UK berimbas kepada semua negara," sebutnya.
Kendati demikian, Jokowi menyebut Indonesia masih cukup beruntung. Meski nilai tukar Rupiah melemah beberapa waktu belakangan, namun menurut Jokowi, masih lebih rendah dibandingkan pelemahan yang dialami mata uang negara lain.
"Ini yang harus syukuri, dan perlu kerja keras dalam jangka panjang," ucapnya.