Jakarta, Gatra.com - Krisis iklim saat ini semakin memburuk, mengakibatkan terjadinya perubahan iklim di belahan dunia. Hal ini diperkuat dengan keserakahan manusia yang terus-menerus memanfaatkan hutan namun tidak memperhatikan dampaknya.
Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan, Nadia Hadad mengatakan terkait masalah itu, terdapat istilah yang pernah dibicarakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. FoLU yaitu forest and other land uses yang berarti pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan.
“Jadi FoLU Net Sink merupakan keadaan yang dimana sektor lahan dan hutan menyerap lebih banyak karbon daripada yang dilepaskan karbon,” katanya dalam Diskusi Publik mengenai 'Pendanaan Iklim untuk Mendukung Pencapaian IFNET 2030 melalui Zoom Meeting, Kamis (29/9).
Baca Juga: Mitigasi Perubahan Iklim Perlu jadi Perhatian Serius
Nadia menjelaskan pemerintah turut membantu program FoLU Net Sink 2030 ini sebesar 45% dan 55% ditargetkan untuk swasta.
"Kita membutuhkan dana sebesar 204 Triliun untuk bisa menjalankan program ini. Pembiayaan besar ini tentunya tidak bisa menjadi tanggungjawab pemerintah sendiri karena akan berat, maka perlunya bantuan dari pihak swasta juga," katanya.
Sebagai contoh lanjut Nadia, sebuah pohon menyerap karbon kemudian diubah menjadi oksigen dan glukosa melalui proses fotosintesis. Karbon pada pohon akan menguap menjadi gas rumah kaca pada saat pohon itu mati karena ditebang, membusuk dan terbakar.
“Jika dalam konteks pohon yang berada di hutan terdapat istilah siklus karbon hutan yang berarti pergerakan karbon secara dinamis antara atmosfer dengan hutan. Bumi dan atmosfer melepaskan karbon dioksida sedangkan pada pohon menyerap karbon. Jadi karbon dioksida pada atmosfer diserap oleh pohon melalui fotosintesis,” katanya.
Baca Juga: Tahun Kritis Perubahan Iklim, Net Zero Emission Bergeser ke 2040
Data dari Forest Digest mengungkapkan jumlah karbon dioksida pada atmosfer meningkat dari 280 part per million (ppm) menjadi 414,4 ppm pada akhir tahun 2020. Hal ini dipicu karena kenaikan gas rumah kaca akibat penemuan mesin uap dan batu bara sebagai bahan bakar.
“Ini yang mengakibatkan juga bumi semakin panas dan menyebabkan musim jadi berubah dan siklus bumi pun ikut terganggu,” ujarnya.
Untuk itulah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sedang gencar untuk melakukan sosialisasi terhadap masyarakat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari kehutanan dan penggunaan lahan yang memiliki emisi yang tinggi.
Baca Juga: Mitigasi Dampak Perubahan Iklim, AS-Indonesia Dorong Praktik Bisnis Berkelanjutan
Instagram KLHK (@kementerianlhk) dijelaskan, pemerintah memiliki capaian FoLU Net Sink 2030 yang diantaranya adalah mengurangi emisi deforestasi dan lahan gambut, meningkatkan kapasitas hutan alam dalam penyerapan karbon melalui pengurangan degradasi dan meningkatkan regenerasi, pengelolaan hutan lestari, dan sebagainya.
“Dalam penerapannya agar strategi ini berjalan maka sangat diperlukan pendanaan agar program ini bisa terlaksana dengan baik,” katanya.