Kabul, Gatra.com - Taliban yang berkuasa di Afghanistan telah menandatangani perjanjian dengan Rusia untuk mengimpor bahan bakar dan gandum, dengan harga diskon. Langkah dilakukan Afghanistan saat negara itu berjuang untuk memberi makan penduduknya dan berusaha meningkatkan perdagangan regional setahun setelah mendapatkan kembali kekuasaan dari Amerika Serikat.
“Sejumlah kebutuhan seperti bensin, solar, gas dan gandum akan dibeli dalam mata uang rubel Rusia dan dengan harga "diskon khusus," kata juru bicara Kementerian Perdagangan dan Industri, Abdul Salam Jawad Akhundzada melalui telepon dikutip Bloomberg Rabu (28/9).
Baca Juga: Taliban akan Membeli Minyak dari Rusia
“Persiapan sedang dilakukan untuk mulai mengimpor produk dalam beberapa hari atau minggu ke depan," tambahnya.
Akhundzada menjelaskan kesepakatan terbesar itu telah ditandatangani Taliban sejak mereka kembali berkuasa, termasuk masing-masing satu juta ton bensin dan solar, setengah juta ton gas minyak cair, dan dua juta ton gandum yang akan dipasok setiap tahun dengan waktu yang tidak ditentukan.
“Kesepakatan dengan Moskow diharapkan dapat lebih panjang di masa mendatang,” ujarnya.
Kesepakatan itu semakin diperkuat menyusul kunjungan Menteri Perdagangan dan Industri Afghanistan Nooruddin Azizi, ke Rusia bulan lalu.
Baca Juga: ISIS Klaim Serangan Mematikan Dekat Kedubes Rusia di Afghanistan
Pada bulan Juni, Taliban juga mencapai kesepakatan dengan Iran untuk membeli 350.000 ton produk minyak bumi untuk mengurangi harga bahan bakar.
Tidak ada negara yang secara resmi mengakui pemerintah Taliban, namun Rusia adalah salah satu dari sedikit negara yang tetap membuka kedutaannya di Kabul.
Seorang pejabat Barat mengatakan kepada Bloomberg bulan lalu bahwa Moskow juga telah mendekati beberapa negara Asia lainnya untuk membahas kemungkinan kontrak minyak jangka panjang dengan harga diskon besar-besaran, karena para pejabat AS mendorong rencana membatasi harga minyak negara itu.
Data kementerian mencatat Afghanistan mengkonsumsi 1,3 juta ton bahan bakar setiap tahun, sebagian besar diimpor dari Uzbekistan, Turkmenistan, dan Iran.