Yogyakarta, Gatra.com – Duta Besar (Dubes) Norwergia Rut Kruger Giverin menilai Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan dilirik banyak investor dunia. Namun sayangnya, hal itu tidak didukung peraturan terkait pemanfaatan energi.
Berbicara di diskusi berjudul ‘Europe’s Energy Crisis, Global Climate Commitment Challenges’ di Fisipol UGM, Selasa (27/9), Kut menyatakan negaranya bersama beberapa perusahaan swasta sangat ingin berinvestasi dalam energi terbarukan di Indonesia.
“Namun, kenyataannya kerangka peraturan energi di Indonesia saat ini tidak mendukung energi terbarukan. Sehingga sangat menantang bagi investor asing untuk mengidentifikasi proyek energi terbarukan yang layak secara komersial di Indonesia,” katanya.
Pembicaraan mengenai masa depan EBT ini menurut Kut kembali menguat terutama akibat perang Rusia – Ukraina yang memicu krisis energi di banyak negara Eropa.
Sebagai negara yang pernah bergantung penuh pada energi fosil, Kut meminta pemerintah Indonesia untuk belajar ke Norwergia tentang pemanfaatan EBT.
“Sebelum perang, kami menyumbang hampir seperempat dari impor gas Eropa dan sekitar sepersepuluh dari impor minyak mentahnya. Dengan situasi Eropa ingin menjadi independen dari impor energi Rusia, Norwegia akan tetap menjadi pemasok minyak dan gas yang stabil dan dapat diprediksi ke Eropa,” jelasnya.
Di tengah ancaman krisis energi, Kut menerangkan banyak negara mengamankan akses ke energi dan berupaya terus memenuhi permintaan energi dalam kerangka tujuan iklim dan kelestarian lingkungan.
Terlebih lagi dalam hal komitmen iklim global, Kut mengatakan dalam jangka pendek negara-negara akan melakukan segala cara untuk memastikan keamanan energi, termasuk sumber energi seperti batu bara dengan emisi CO2 yang tinggi.
“Satu hasil positif, kenaikan harga energi ini semakin mendorong dan mempercepat pengembangan dan penyebaran sejumlah besar energi terbarukan yang murah secara global. Sudah ada banyak bukti dari pemerintah dan perusahaan yang mengembangkan kerangka kebijakan dan memajukan investasi dalam energi terbarukan,” terangnya.
Dari pengalaman negaranya yang beralih dari energi fosil ke energi terbarukan, Kut percaya jika dikelola dengan baik, pemanfaatan EBT akan memberikan peluang yang signifikan bagi perekonomian.
Mengandalkan ekonomi energi dengan pengalaman industri yang kuat dari produksi dan ekspor energi terbarukan dan tidak terbarukan, Norwegia memiliki titik awal yang sangat kompetitif. Industri energi memiliki penyedia teknologi kelas dunia, terutama di sektor maritim dan lepas pantai.
“Perang Ukraina telah memperkuat pandangan para pembuat kebijakan yang mengatakan sistem energi pada energi terbarukan tidak hanya diperlukan untuk mencapai tujuan perjanjian Paris, tetapi juga masuk akal dari perspektif keamanan energi,” paparnya.
Karenanya Norwergia melihat potensi besar kerjasama dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia cukup besar, seperti pemanfaatan energi lepas pantai perairan Indonesia.
“Kami akan terus mengembangkan sumber daya energi terbarukan dan akan tetap menjadi pendukung kuat ambisi iklim negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,” tutupnya.