Jakarta, Gatra.com - Penyakit jantung merupakan penyakit yang biasa menjadi penyebab utama pada kematian di Indonesia khususnya. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan penyakit jantung termasuk salah satu menjadi penyakit yang mematikan. Bukan hanya dari faktor keturunan melainkan faktor pola hidup yang tidak sehat.
Menurut Ketua Panitia 31st ASMIHA, Oktavia Lilyasari, menjelaskan jika bayi yang lahir pada keluarga yang memiliki resiko penyakit jantung kemungkinan besar, berbeda dengan bayi yang lahir pada keluarga yang tidak mempunyai riwayat penyakit tersebut.
Baca Juga: Kemenkes Siapkan Fasilitas Klinik dan ICU Menyambut Peserta G20 di Bali
"Bayi yang lahir di keluarga yang mempunyai penyakit jantung bawaan, maka bayi itu mempunyai resiko yang lebih besar dibandingkan dengan bayi yang lahir dari keluarga yang tidak mempunyai history of penyakit jantung bawaan," kata dr. Oktavia Lilyasari pada saat acara Virtual Press Conference bersama awak melalui Zoom, Jakarta, Kamis (22/9).
Namun, Ketua Ilmiah 31st ASMIHA, Siska S. Danny, meluruskan jika faktor keturunan belum tentu sepenuhnya benar. Percepatan terkena penyakit jantung bisa saja dari temuan lain seperti metabolisme kolestrol.
"Penyakit jantung termasuk dalam turun-temurun itu enggak sepenuhnya tepat, ya. Yang kita tau meningkatkan resiko adalah jika orang tua atau saudara kandung kita terkena jantung koroner di usia muda. Tapi kalau ini terjadi di usia muda berarti ada faktor sesuatu nih dari genetik si keluarga tersebut yang mempercepat akselerasi terjadinya penyakit itu. Misalnya ditemukan adanya metabolisme kolestrol khusus yang berbeda dari keluarga ini," ucapnya.
Baca Juga: Penyakit Autoimun: Belum Diketahui Penyebabnya, Namun Ada Aspek Genetik
Siska melanjutkan jika terdapat faktor lain yang bisa mempercepat penyakit jantung tersebut apabila tidak menerapkan pola hidup yang sehat.
"Banyak faktor resiko lain yang bisa dicegah. Jadi jangan menangkap 'ohh bapak saya penyakit jantung pasti saya kena'. Oh itu enggak terjadi, kalau kita bisa menerapkan pola hidup sehat dari awal, maka yaa lebih besar kemungkinannya penyakit jantung tersebut tidak bermanifestasi," tambahnya.
Ia juga membeberkan sebanyak sekitar 90% resiko terbesar dari penyakit jantung ini ialah dari perokok dan biasa terjadi pada usia di bawah 40 tahun.
"Kalau di Indonesia saya lupa angka persisnya, tapi ini relatif tinggi proporsi serangan jantung yang diderita pada usia kurang dari 40 tahun. Faktor resikonya pada usia tersebut (kurang dari 40 tahun), 90% nya adalah perokok. Angka 90% itu gak main-main jadi rasanya untuk yang perokok cobalah dikurangi sampai dengan stop," lanjutnya.
Di akhir, Siska memberikan tips agar resiko penyakit jantung masih bisa dicegah dengan cara olahraga yang rutin dalam seminggu dan tidak harus dengan olahraga yang berat. Cukup dengan berjalan kaki saja.
"Dan obat dewanya adalah olahraga secara konsisten. Jadi gak mesti olahraga berat dan lama. Yang disarankan hanyalah sekitar 120-150 menit per minggu untuk olahraga intensitas ringan sedang untuk menjaga kebugaran. Tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi, yang penting mulai aja dulu," pungkasnya.