Jakarta, Gatra.com- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif mengatakan bahwa saat ini ada 14 proyek Carbon Capture and Storage (CCS) atau Carbon Capture, Utilizaton and Storage (CCUS) di Indonesia, namun semua kegiatan masih dalam tahap studi/persiapan, namun sebagian besar ditargetkan onstream sebelum 2030.
“Salah satu proyek menjanjikan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat adalah Tangguh Enhanced Gas Recovery (EGR) dan CCUS," ujarnya pada Upacara Pembukaan Pameran dan Konvensi IPA ke-46 dengan tema “Addressing the Dual Challenge: Meeting Indonesia’s Energy Needs While Mitigating Risks of Climate Change” di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (21/9).
Proyek ini bertujuan untuk mengurangi emisi karbon sekitar 25 juta ton CO2 hingga tahun 2035 serta meningkatkan produksi hingga 300 BSCF hingga 2035. "Tangguh EGR/CCUS dapat menjadi role model pengembangan gas di Indonesia ke depan,” kata dia.
Ia menyampaikan, saat ini Pemerintah sedang menyusun Peraturan Menteri tentang CCS/CCUS. Pada langkah pertama, fokus utama adalah mengatur CCS/CCUS untuk Enhanced Oil Recovery, Enhanced Gas Recovery atau Enhanced Coal Bed Methane di wilayah kerja migas. “Kami masih memfinalisasi draf dan peraturan ini menjadi salah satu prioritas kami,” kata dia.
Ia optimistis, melalui kerjasama internasional, industri migas dapat mengatasi semua tantangan dengan menerapkan semua teknologi yang dapat lebih membantu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menuju Net Zero Emissions.
“Kami mengundang kontribusi semua pemangku kepentingan terkait dalam mengeksplorasi, memproduksi dan mengembangkan sektor migas Indonesia, serta memunculkan inovasi-inovasi baru dan solusi memuaskan yang akan membawa kesejahteraan bagi kita semua.” ujar dia.
Arifin menambahkan, dalam konteks energi rendah karbon, peran gas alam sangat penting sebagai energi transisi sebelum dominasi bahan bakar fosil beralih ke energi terbarukan dalam jangka panjang.
“Tentu saja, transisi energi ini akan dilakukan dalam beberapa tahap dengan mempertimbangkan daya saing, biaya, ketersediaan, dan keberlanjutan," ujar dia
Menurutnya, untuk mencapai keseimbangan antara peningkatan produksi minyak dan gas dan target emisi karbon, diperlukan inovasi teknologi rendah emisi misalnya melalui penerapan CCUS.
Menurut Arifin, Pemerintah Indonesia menggarisbawahi pentingnya mengatasi tantangan perubahan iklim dan transisi energi menuju Net Zero Emission pada 2060.
Namun demikian, peran minyak dan gas bumi dalam transisi energi sangat penting karena bahan bakar fosil masih memegang peranan penting dalam tuntutan pemenuhan energi nasional.
“Untuk itu diperlukan proses transisi yang terukur dan harus mengelola sistem energi untuk disesuaikan,” kata dia.