London, Gatra.com – Puluhan ribu orang berbaris di rute yang membawa mendiang Ratu Elizabeth menuju tempat peristirahatan terakhirnya di Kastil Windsor pada Senin, melemparkan bunga ke arah mobil jenazah dan bersorak saat mobil jenazah meninggalkan ibu kota Inggris setelah upacara pemakaman kenegaraannya, Senin (19/09).
Ribuan orang lainnya berdesakkan di pusat kota London untuk menyaksikan upacara arak-arakan yang dihadiri oleh para pemimpin dan bangsawan dari seluruh dunia. Sebuah akhir yang baik bagi pemimpin kerajaan terlama di Inggris, 70 tahun di atas takhta.
Usai ibadah pemakaman, peti mati yang diselimuti bendera tersebut dibawa melalui jalanan sunyi dalam kereta senjata dalam salah satu prosesi militer terbesar di Inggris yang melibatkan ribuan anggota angkatan bersenjata mengenakan pakaian upacara.
Mereka berjalan mengikuti musik pemakaman dari marching band, sementara di latar belakang, Big Ben yang terkenal di kota itu berdentang setiap menit. Raja Charles dan saudara-saudara kandungnya mengikuti dengan berjalan kaki.
Peti mati itu dibawa dari Westminster Abbey ke Wellington Arch, di mana ia dipindahkan ke mobil jenazah untuk memulai perjalanannya ke Windsor. Di sana Sang Ratu akan dimakamkan bersama suaminya selama 73 tahun, Pangeran Philip.
Di dalam Westminster Abbey dimana upacara pemakaman diadakan, musik dimainkan saat sang ratu menikah pada 1947 dan penobatannya enam tahun kemudian dilantukan kembali.
Jemaat yang beranggotakan 2.000 orang termasuk Presiden,Perdana Menteri, keluarga kerajaan asing dan pejabat tinggi termasuk Joe Biden dari Amerika Serikat dan para pemimpin dari Perancis, Kanada, Australia, China, Pakistan dan Kepulauan Cook.
Justin Welby, Uskup Agung Canterbury, mengatakan kepada jemaat bahwa kesedihan yang dirasakan oleh begitu banyak orang di seluruh Inggris dan dunia yang lebih luas mencerminkan “kehidupan yang melimpah dan pelayanan yang penuh kasih” dari mendiang ratu.
“Almarhum Yang Mulia, terkenal dengan pernyataannya saat ulang tahun ke-21 bahwa seluruh hidupnya akan didedikasikan untuk melayani bangsa dan Persemakmuran,” katanya.
“Jarang janji seperti itu benar-benar ditepati. Hanya sedikit pemimpin yang menerima curahan cinta yang telah kita lihat,” lanjutnya.
Di antara kerumunan yang datang dari seluruh Inggris dan sekitarnya, orang-orang memanjat tiang lampu dan berdiri di atas pembatas dan tangga untuk melihat sekilas prosesi kerajaan.
Beberapa mengenakan setelan dan gaun hitam yang terlihat cerdas di mata. Yang lainnya mengenakan jaket dengan penutup kepala, legging dan baju olah raga. Seorang wanita dengan rambut hijau di cat berdiri di samping seorang pria dengan setelan pagi saat mereka menunggu prosesi dimulai.
Jutaan orang lainnya menonton di televisi di rumah pada hari libur umum yang diumumkan untuk acara tersebut, yang pertama kalinya pemakaman pemimpin kerajaan terlama di Inggris yang disiarkan di televisi. Di sekitar ibu kota jalan-jalan yang biasanya ramai menjadi sepi.
Salah satu orang asing yang ikut dalam kerumunan untuk menyaksikan pemakaman Ratu Elizabeth adalah Ben Vega (47), perawat dari Filipina berdiri dibalik kerumunan di bangku, mengatakan ia adalah seorang royalis.
“Saya suka arak-arakan. Saya suka bagaimana orang Inggris melakukan ini,” ujarnya. “Saya dari Filipina, kami tidak memiliki ini, kami tidak memiliki keluarga kerajaan. Ini adalah hari paling menyedihkan bagi saya. Saya melihat ratu sebagai ibu kedua saya, Inggris sebagai rumah kedua saya,” lanjutnya.
Terlihat suasana muram di jalan-jalan di sekitar Istana Buckingham, di mana orang-orang berkumpul untuk menyaksikan prosesi.