Jakarta, Gatra.com - World Health Organisation (WHO) pada Rabu (14/9) lalu menyatakan bahwa saat ini situasi pandemi Covid-19 memasuki tahap akhir dan akan menjadi endemi. Salah satu syaratnya yaitu cakupan vaksinasi sejumlah 100% pada kelompok rentan. Namun saat ini, cakupan vaksinasi kedua bagi lansia sebagai kelompok rentan di Indonesia baru mencapai 68%.
Ketua Satgas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Erlina Burhan mengatakan bahwa syarat harus dipenuhi agar pandemi bisa menjadi endemi.
"Pandemi berakhir, namun penyakitnya tetap ada. Masyarakat perlu memiliki kekebalan yang cukup ketika ada virus yang masuk. Itu bisa didapat dari vaksinasi. Cakupan vaksinasi yang tinggi bisa membawa kita segera meninggalkan pandemi," ujarnya dalam diskusi yang bertajuk "Mengapa Booster Masih Diperlukan?", Senin (19/9).
Erlina mengatakan bahwa kelompok lansia menjadi perhatian khusus sebagai kelompok rentan karena memiliki imunitas yang sudah menurun seiring bertambahnya usia. Selain itu, penyakit komorbid pada usia tua juga mempengaruhi imunitas sehingga kelompok ini harus dilindungi dari infeksi virus Covid-19.
Baca juga: Cakupan Vaksin Booster Masih Rendah, Ahli: Ini Harus Jadi Perhatian
"Kita lihat sekarang kondisi di rumah sakit, kalau yang dirawat itu orang tua atau komorbid dan belum divaksin," tuturnya.
Vaksinasi juga disebutkan Erlina bisa berpengaruh dalam menekan angka kematian. Mulai dari vaksin pertama hingga vaksin booster, maka akan membawa dampak mengurangi gejala dari virus. Menurutnya, vaksinasi bukan berarti bebas 100% tidak akan terkena penyakit, namun ketika terkonfirmasi, maka sakitnya bisa bersifat ringan dan tidak mengkhawatirkan.
Panel Ahli Satgas Covid-19 Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Budiman Bela, mengatakan bahwa angka kematian pada pasien yang sudah divaksin jauh lebih kecil dibandingkan pasien yang belum divaksin. Hal ini menjadi alasan kuat bahwa vaksinasi harus didorong seperti anjuran WHO hingga mencapai 100% pada kelompok rentan.
Baca juga: AS Sahkan Dua Vaksin Booster untuk Bidik Subvarian Omicron
Lebih lanjut, Budiman menerangkan bahwa potensi penularan memang masih ada, namun jika sudah divaksin maka risikonya menjadi lebih kecil.
"Kalau kita divaksin, orang yang divaksin lebih cepat menghilangkan virus karena sudah punya imunitas. Ini membuat risiko penularan semakin kecil," katanya.
Saat ini, cakupan vaksinasi booster di Indonesia baru mencapai 26%. Ini menjadi hal yang harus didorong kembali agar imunitas masyarakat tetap kuat. Penurunan efektivitas vaksin pada 6-8 bulan sejak disuntikkan membuat pelaksanaan vaksinasi booster harus segera ditingkatkan.
"Anjuran ini (booster) bukan tanpa dasar. Dengan kita ikuti, kita akan meredam potensi munculnya evolusi virus yang mungkin lebih ganas," kata Budiman.