Jakarta, Gatra.com – Penyakit cacar monyet sebenarnya muncul pertama kali pada 1958 silam dan menginfeksi manusia pada 1970 di Kongo Pada Mei 2022, WHO menyatakan cacar monyet dianggap sebagai darurat kesehatan masyarakat global setelah kasusnya pertama kali dilaporkan di Inggris. Sejak saat itu, virus terus menyebar ke 99 negara di dunia dengan jumlah kasus sebanyak 50 ribu.
Duta Besar Republik Indonesia di Kuwait Lena Maryana mengungkapkan, belum ada kasus cacar monyet di Kuwait. Meskipun begitu, protokol terkait perjalanan, Kemenkes Kuwait aktif berkoordinasi dengan WHO dan berencana membeli vaksin cacar monyet sebanyak 5 ribu dosis tambahan setelah kasus pertama di catat di UAE sebagaimana yang disampaikan dalam webinar kesehatan KBRI Doha “Mengenal Penyakit Monkeypox dan Penatalaksananya”, Jumat siang (16/09).
Menurut Lena Maryana, bila merujuk pada ketentuan WHO yang menyatakan bahwa monkeypox sebagai darurat kesehatan masyarakat global, ini artinya penyakit ini mempunyai dampak pada resiko kesehatan masyarakat, karena menyebar secara global.
Dimana ini tentu saja membutuhkan koordinasi antara berbagai entitas di dunia. "Jadi di berbagai organisasi pemerintahan dan seluruh yang terkait dengan pemangku kepentingan perlu mengatasi monkeypox ini,” jelas Lena saat membuka sesi pemaparan materi.
Menurut Lena, COVID-19 saja terbukti telah memperburuk kondisi ekonomi dan politik sehingga memicu guncangan ekonomi dan meningkatkan sentimen anti-pemerintah. Dampak ekonominya sangat besar, baik terhadap perdagangan global dalam akses masuk keluar barang dan tingginya lonjakan harga komoditas. Dampak COVID-19 ini dapat dijadikan blueprint untuk penanganan virus oleh masyarakat internasional, termasuk untuk penanganan cacar monyet.
Selama pandemi COVID-19, diskriminasi dan stigma juga meningkat. Ada pula katalis peningkatan tajam kejahatan kekerasan yang menargetkan orang keturunan Asia secara global. Begitu juga jika ada seseorang yang pernah terjangkit monkeypox, ancaman diskriminasi dapat muncul di sekitar masyarakat.
Hal ini disebabkan oleh adanya miskonsepsi yang berbentuk tantangan memerangi cacar monyet dan misinformasi secara daring yang menjadi ancaman pemerintah di tengah perancangan rencana pengupayaan penanganan virus ini.
Selain itu, ketidaksetaraan global juga dibuktikan dari kapasitas yang berbeda untuk menanggapi ancaman kesehatan seperti cacar monyet.
Untuk meminimalisir dampak yang kemungkinan akan muncul dari cacar monyet, maka yang harus dilakukan adalah mencegah virus agar tidak menjadi endemi, dimana ini menjad prioritas negara-negara global.