Jakarta, Gatra.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemenristek Dikti) mengundang guru BK dan orang tua siswa dalam diskusi mengenai transformasi sistem masuk perguruan tinggi negeri (PTN). Mereka angkat bicara soal sistem anyar tersebut.
Transformasi seleksi masuk PTN memiliki tiga jalur, yakni prestasi, tes, dan mandiri oleh PTN sebagaimana yang disampaikan dalam webinar “Silaturahmi Merdeka Belajar: Mewujudkan Transformasi Seleksi Masuk Pendidikan Tinggi Negeri Berkeadilan” pada Kamis petang (15/9).
Siswa dengan jurusan IPA diizinkan memilih lintas program studi dan tidak ada batasan siswa IPA hanya mengambil program studi IPA. Demikian pula bagi siswa dengan jurusan IPS.
Siswa IPA dapat memilih program studi jurusan IPS, begitu pula sebaliknya dengan catatan siswa yang bersangkutan harus bertanggung jawab atas kemampuannya masing-masing dengan program studi yang diambil.
Salah satu tes yang diuji untuk seleksi masuk perguruan tinggi saat ini adalah Tes Potensi Skolastik (TPS) yang berupa penalaran matematika, literasi dalam Bahasa Indonesia dan literasi dalam bahasa Inggris, serta Tes Potensi Akademik yang diukur dari mata pelajaran pokok.
Tes ini diharapkan akan memberi kesempatan kepada siswa untuk merdeka dalam memilih namu harus bertanggung jawab. Pada 2023 mendatang, diharapkan para siswa SMA, MA, dan SMK dari kota dan/atau kabupaten dengan segala kondisi finansial dan kualitas pendidikan yang berbeda.
Baca Juga: Menteri Nadiem Ubah Aturan Tes PTN, Rektor UGM: Bagus Banget, Hapus Stigmatisasi di Pendidikan
“Kita harus berangkat dari realitas dunia pendidikan di Indonesia ya. Berbagai studi empiris menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan kualitas pendidikan antarsekolah menengah di Indonesia, antara mereka yang di desa, kota, kemudian Jawa, luar Jawa, dan seterusnya hingga menjadi problem ketika kita menggunakan tes berstandar,” kata Moh. Abdul Hakim, Dosen UNS dan pengamat pendidikan.
“Ketika kita gunakan tes berstandar di tahun-tahun sebelumnya, kita selalu menggunakan dua materi ujian. Yang pertama adalah tes potensi skolastik yang mengukur wadah atau bakat skolastik dari calon mahasiswa, kemudian ada tes potensi akademik yang mengukur dari mata pelajaran pokok,” jelasnya.
Ari Aryanto, Guru BK SMA Negeri 2 Cibinong, mengungkapkan bahwa banyak siswa yang tadinya di-drill mata pelajaran agar cepat mengerti mata pelajarannya untuk mengikuti tes SBMPTN.
“Sekarang justru anak-anak lebih mengeksplorasi minat kariernya. Kan itu yang memang kadang-kadang yang kemarin itu di sistem-sistem yang lalu itu, membuat anak jadi terbatasi jika ingin meminati sesuatu karena jurusannya yang lain, IPA, enggak bisa ke IPS. IPS enggak bisa ke IPA. Karena terbatasi, akhirnya dia jadi sulit untuk mencapai itu. Sekarang kan tidak begitu ya, bisa terbuka anak-anak memilih apapun,” jelasnya.
Kendala yang dialami Ali sebagai guru BK dalam peminatan siswa, terkadang siswa di kelas 10, 11, dan 12 minatnya kerap berganti dengan lintas jurusan. Namun, hal ini dapat membantu siswa menjadi fleksibel untuk menentukan minat.
“Dengan perubahan ini, saya memberikan semangatnya bahwa nanti dengan model soal seperti ini akan melatih kamu untuk menghadapi dunia nyata, gitu bahwa suatu saat itu kamu tuh akan menemukan sesuatu hal yang tidak ada di buku, yang tidak ada cara khususnya, yang tidak ada tips jitunya gitu,” kata Astuti Andriyani, orang tua siswa SMAN 1 Yogyakarta.
Menurutnya, siswa harus mampu menggunakan penalaran dan logika yang merupakan sebuah kemampuan dasar dari anaknya sehingga suatu saat kejadian terjun langsung menemukan suatu permasalahan dalam kehidupan itu, dia sudah terbiasa.
"Saya berpikir, kalau tadi setuju kalau konten itu tidak hilang karena bagaimana dan juga yang namanya pelajaran konten, tertentu itu kan dia tetap ada manfaatnya gitu kan, tapi tidak melulu kita hanya belajar teorinya saja,” jelasnya.
Budi Prasetyo Widyobroto selaku Ketua Tim Pleaksana Persiapan Seleksi Masuk PTN 2023, mengatakan, proses transisinya kerja sama ex-LTMPT dengan BP3 akan berjalan lancar.
"Tidak perlu khawatir, eh bagaimana, bagaimana, dan sesebagainya. Mengapa? Karena hal ini dikarenakan begitu ada sosialisasi bahwa sistem masuk perguruan tinggi 2023 akan berbeda, ada transformasi,” ujarnya.
Baca Juga: Skema SBMPTN Berubah, Tak Lagi Pakai Tes Mata Pelajaran
Budi melanjutkan, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Riset, dan Teknologi (Menristek Dikti), Nadiem Makarim, dalam waktu yang bersamaan sudah mengeluarkan Keputusan Menteri Nomor 44 Tahun 2022 tentang Tim Persiapan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Tahun 2023.
"Nah, anggotanya tim itu sebetulnya semua yang tim pelaksana EX-LTMPT itu diboyong. Plusnya adalah di BP3 sehingga insya allah tidak masalah kita akan berkoordinasi dengan tim BP3 untuk menyukseskan pagelaran untuk seleksi, ini hanya yang beda itu kan model seleksinya sebetulnya dari sisi perangkat,” tambahnya.
Menurut Budi, pertama pihaknya bersama-sama dengan BP3 akan segera menginformasikan secara detail bagaimana seleksi masuk perguruan tinggi tahun 2023. Kedua, para siswa calon peserta atau calon mahasiswa seleksi tahun 2023 itu selalu mengikuti dan mempelajari informasi resmi yang dikeluarkan oleh BP3.
"Dalam hal ini, dengan tim karena begitu keluar BP3, sudah diduplikasi macam-macam yang mohon maaf itu juga saya kira ada yang benar ada yang tidak, kan itu," ujarnya.
Berikutnya, lanjut Budi, para siswa diminta berpikir jernih dan berdiskusi dengan orang tua, guru BP, dan pihak berkompeten untuk mendapat masukan soal jurusan atau program studi yang akan dipilih perguruan tinggi. "Itu betul-betul, kalau istilah kami adalah merdeka tetapi bertanggung jawab," ucapnya.
Adapun yang terakhir, kata Budi, siswa harus meningkatkan literasi pengetahuan di segala bidang agar dapat memperkuat literasi-literasi, baik itu bahasa Indonesia dan Inggris serta penalaran matematik. "Saya kira itu saja yang bisa saya sampaikan,” ucapnya.