Sukoharjo, Gatra.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan melepas ekspor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (ITPT) PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex).
Sebanyak 50 kontainer diberangkatkan menuju 20 negara tujuan ekspor yang tersebar di 4 benua melalui Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. "Orientasinya ekspor, untuk menghasilkan devisa bagi negara jadi sangat strategis," ucap Zulkifli.
Menurutnya, jika kebutuhan dalam negeri bisa dicukupi dari PT Sri Rejeki Isman, maka tidak perlu impor lagi. Sehingga dengan begitu perlu ada dukungan mulai dari Bupati, Walikota, Gubernur, dan pusat. "50 kontainer baru pertama buatsaya, biasanya dua tujuh, kalau 50 sudah masuk muri," katanya.
Dalam pelepasan ekspor ini, Mendag didampingi Presdir PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto dan jajaran direksi, juga ribuan karyawan. Pelepasan truk kontainer serentak dari 7 pabrik PT Sritex yang tersebar di pulau Jawa, dipusatkan di pabrik Sukoharjo.
Adapun nilai ekspor yang diberangkatkan pada hari ini mencapai USD 3,7 juta yang terdiri dari beberapa produk ITPT unggulan Indonesia seperti benang (yarn), kain jadi (finished product), dan pakaian jadi (garment). Produk-produk asal Indonesia tersebut akan dikirim ke 20 negara, antara lain Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Republik Dominika, Mesir, Meksiko, Turki, Portugal, Polandia, India, Qatar, Uni Emirat Arab, Swedia, Bangladesh, Jepang, Korea Selatan, Spanyol, Malaysia, Thailand, dan Jordania. Sedangkan empat negara dengan jumlah nilai ekspor terbesar adalah Swedia sebesar USD 611 ribu, Mesir USD 475 ribu, Bangladesh USD 351 ribu, dan Jepang USD 268 ribu.
ITPT menyumbang devisa negara sebesar USD 13,02 miliar di tahun 2021, salah satu penyumbang devisa terbesar dari sektor nonmigas dan merupakan industri padat karya. Kelangsungan industri tekstil juga berdampak langsung kepada 7,5 juta pekerja dan pelaku IKM, ujar Iwan Setiawan Lukminto, Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk.
Saat ini Sritex Group bergerak di 5 lini ekosistem industri tekstil nasional yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. 5 lini tersebut adalah Serat (Fiber), Pemintalan (Spinning), Penenunan (Weaving), Pencelupan (Dyeing), dan Penjahitan atau Konveksi (Garment). Kelima lini tersebut menyerap tenaga kerja sebanyak 50,000 karyawan.
Untuk terus mendorong laju ekspor nasional, masih dibutuhkan dukungan dari Pemerintah dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran. Dibutuhkan optimalisasi substitusi impor yang saat ini masih membebani industri tekstil dan IKM, dan kebijakan Preferrential Trade Agreement (PTA) yang melindungi industri ITPT nasional.
Bersama dengan Pemerintah, Sritex optimis bahwa industry ITPT akan mampu mengatasi disequilibrium supply and demand dan disrupsi makroekonomi, namun sangat memerlukan harmonisasi kebijakan antar Kementerian dan Pemerintah Daerah. Sritex Group juga telah membina lebih dari 2000 UMKM sebagai salah satu upaya transfer of knowledge mengembangkan keahlian demi meningkatkan ekonomi daerah. Perusahaan menyediakan produk bahan baku yang dapat di kembangkan oleh UMKM dan SMK binaan agar ada nilai tambah atau value added dalam produk-produknya. Kami percaya bahwa UMKM yang sehat akan membentuk ekosistem yang kuat.