Jakarta, Gatra.com – Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto, memaparkan bagaimana caranya menekan angka kasus kecelakaan motor pada Senin (13/09). Ia mengingatkan soal tingginya jumlah kasus laka lantas bulan ini, yang berasal dari pengguna sepeda motor berdasarkan data dari Korlantas Polri.
“KNKT akan memberikan rekomendasi kepada semua stakeholder yang terlibat dengan cara berkirim surat untuk mengedukasi masyarakat,” katanya, di Jakarta, Rabu (14/9).
Soerjanto mengatakan hasil penelitiannya dilakukan bersama orang-orang terkait di Fakultas Psikologi seperti di UI, UGM, Undip, dan lain-lain, sebagaimana yang disampaikan saat wawancara usai rapat stempel KNKT mengenai upaya penanganan kecelakaan motor.
“Yang kedua kedisiplinan. Ini yang sangat sulit untuk bagaimana kita mendidik kedisiplinan. Yang saya ceritakan kita kadang dari bayi sudah diajak naik motor lawan arah. Naik mobil lewat nyalip di bahu jalan. Begitu lahir dipertontonkan dengan atraksi ketidakdisiplinan di jalanan yang luar biasa. Nah jadi mereka-mereka ini, generasi-generasi berikutnya, untuk masyarakat kepatuhan dan kedisiplinan ini sulit,” kata Soerjanto.
Baca Juga: Korlantas Polri: Sepeda Motor Jadi Penyumbang Tertinggi Kasus Kecelakaan Lalu Lintas
“Tapi kalau keterampilan gampang. Kita libatkan AHM untuk mendidik keterampilannya bisa lah. Tapi yang pendidikan masalah kedisiplinan ini menjadi problem besar di kecelakaan roda dua ini. Nanti dari hasil penelitian bersama dengan AHM (Astra Honda Motor), dengan semua pihak ini. Kalau bagian pendidikan ini tentunya kita arahkan kepada kementerian pendidikan dan kebudayaan,” lanjutnya.
Menurut Soerjanto, untuk standarisasi produk, lampu dan komponen lainnya, terutama dalam standar teknis, Kementerian Perhubungan nantinya harus membuat standar kendaraannya sehingga menjadi persyaratan untuk motor di Indonesia. Oleh karena itu, KNKT bekerja sama dengan AHM untuk mendapat masukan karena mereka sendiri memiliki target membuat motor yang bermanfaat.
Baca Juga: Bangun Safety Riding Centre, AHM Dukung Terciptanya Budaya Keselamatan Berkendara
“Katakan dengan segala macam automatik tadi. Ternyata otomasi yang matik sekarang ini kalau dipakai di jalan turunan itu dia kemampuan engine brakenya, itu sangat kecil dan kalau sering kalau kita tidak terampil, fungsi engine brakenya malah nggak dapat. Jadi seolah-olah ngelonyor aja. Orang cenderung ngerem, panas, terus terjadi rem blong. Ini yang banyak terjadi di turunan-turunan tajam dan panjang. Tidak terjadi di motor aja, di kendaraan roda empat itu juga terjadi,” jelasnya saat mengingatkan penyebab orang-orang mengalami kecelakaan motor.
“Kita banyak diskusi mengenai kemarin masalah motor matic. Kita melakukan penelitian sendiri. Kita turun dari Batu ke Mojokerto. Kita ngerasain sendiri betapa bahayanya ketika kita lagi melakukan penelitian. Ada kecelakaan disitu, suami istri ngeguling tapi ya luka ringan aja. Nggak ada masalah karena remnya blong, kan kita lihat remnya memang blong,” katanya.
Dari hasil diskusi, penelitian dan penemuan, lanjut Soerjanto, KNKT bertekad melakukan edukasi melalui media mana pun dengan harapan dapat memberikan masukan kepada masyarakat agar lebih bijak ketika mengendarai motor. Bijak menurut KNKT ini merupakan tantangan bagi mereka untuk bagaimana masyarakat membangun karakter.
Bagi KNKT, sekolah mengemudi itu membuat masyarakat dapat memahami aturan hingga terampil menggunakan kendaraan. Namun, budaya disiplin harus dibangun dari diri masing-masing individu.
“Yang tadi itu. Saya sering kalau ada kuliah hukum itu, paling bertanggung jawab atas pembentukan mental itu Ibu-ibu.Karena sejak berada di kandungan sudah diajarin berbohong. ‘Sudah OTW’, padahal belum. Nyetir mobil nyalip dari kiri, sekarang kita ada ga yang melakukan itu lalu merasa salah? Aturan kita nyalip dari kanan. Kita sudah tidak merasa bersalah kalau melakukan itu, menandakan bahwa budaya kita ini memang untuk masalah disiplin, 'semuanya juga begitu', seolah-olah normal, lumrah, biasa. Padahal ya tetap salah, nyalip harus kanan,” ujarnya.
“Itulah cermin bagaimana budaya ketidakdisiplinan ini, atraksi tersebut ditampilkan di jalanan secara masif sehingga generasi-generasi berikutnya ya akan seperti itu kalau kita tidak melakukan terobosan-terobosan, ya bangsa ini akan tetep seperti ini saja. Maka itu kita sedang mencari, bersama pemerintah, usia berapa yang paling cocok untuk kita melakukan pendidikan masalah kedisiplinan, masalah wisdom-nya,” tuturnya.
Baca Juga: Pengendara Sepeda Motor Tabrak Bokong Truk Hingga Tewas
Soerjanto mengingat bagaimana mendidik anak di negara Swedia untuk menerapkan salah satu aturan keselamatan, seperti mendidik bagaimana menggunakan sabuk pengaman. Kemudian, mereka memiliki kendaraan khusus.
“Jadi, pada saat anak-anak diajak naik bus dan di rem mendadak, pengalaman penggunaan sabuk pengaman dalam aturan tersebut terus melekat di seumur hidupnya,” katanya.
Ditanyakan mengenai pertolongan pertama saat mengalami kecelakaan, Soerjanto merespons, kalau sampai pertolongan, itu tugasnya dari lima pilar itu Kementerian Kesehatan.
“Tapi kita lebih kepada, tadi seperti AHM, melakukan sosialisasi dan menghadirkan safety riding.Walau sudah melakukan itu, kok masih terjadi kecelakaan. Apa penyebabnya? Apakah dia ngantuk, atau safety ridingnya masih kurang dipahami, itu nanti akan ada penelitian. Jadi kita akan dapat data seperti 'pak tadi saya ngerem mendadak terus jatuh,' berarti ini pelajaran safety ridingnya belum bisa dipahami. Mungkin metode atau caranya ktia ubah sehingga mudah dimengerti. Atau memang terjadi mechanical failure seperti motornya remnya ngeblong,” katanya.
Training safety riding bagi KNKT memang sangat penting. Kemudian, selama dikaji akan dinilai dan ada KPI-nya agar efektivitasnya mudah diukur. Namun, tidak semua peserta training bebas kecelakaan. Meskipun begitu, harapan KNKT terhadap training tersebut dapat menekan angka kasus kecelakaan yang disebabkan keterampilan dan tumbuhnya kedisiplinan dari masyarakat.