Lombok Barat, Gatra.com - Sorgum merupakan salah satu tanaman yang diproyeksikan sebagai pengganti beras atau nasi yang sedang dikembangkan di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Lombok Barat (Lobar). Pengembangan tanaman Sorgum seluas tiga hektar ini bekerja sama dengan kelompok tani di desa sempat.
Selain itu, dibantu para mahasiswa dan mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB) yang melaksanakan tugas magang dan PKL di wilayah Lombok.
Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Lobar H Mohammad Amin mengatakan pengembangan sorgum ini masih tarap diuji coba di lahan seluas 3 hektar.
"Pengembangan Sorgum ini berangkat dari hasil pemikiran terkait pangan yang menjadi alternatif penganti beras atau nasi. Seiring laju pertumbuhan penduduk yang setiap tahunnya meningkat, yang otomatis membutuhkan tempat tinggal. Akhirnya lahan produktif menjadi sempit dengan alih fungsi lahan menjadi perumahan,” ujarnya, Selasa, (13/9).
Baca Juga: Menko Airlangga: Pengembangan Sorgum sebagai Upaya Menjaga Ketahanan Pangan Nasional
Menurutnya, petani saat ini banyak kehilangan lahan pertanian sementara kebutuhan pangan selalu dibutuhkan sebagai surklus beras akan mengimpor beras untuk kebutuhan sendiri.
Amin memandang pentingnya program budidaya sorgum. Sebagai salah satu bahan lokal penganti pangan alternatif penganti beras, selain jagung, ubi dan lainnya. Sorgum kaya akan manfaat diantara lain gizi dan karbohidrat, protein, lemak, serat dan mikronutrein.
“Batangnya juga bias menjadi paka ternak dan bahan energy biodiesel. Sistem budidayanya mudah dan bisa hidup di lahan kering maupun lahan basah,” katanya.
Baca Juga: Sorgum, Mutiara Tersembunyi dari Flores Timur
Melalui Budidaya sorgum ini, kata Amin, pihaknya juga bekerja sama dengan salah satu anggota kelompok tani Dusun Ketapang Desa Batu Putih. Pihaknya juga dibantu mahasiswa dan mahasiswi IPB.
“Ada 14 mahasiswa dan mahasiswi IPB yang sedang magang dan PKL di Pulau Lombok dan peduli dengan pengembangan sorgum di Lobar yang sedang diuji coba budidayanya di desa Batu Putih tersebut,” katanya.
Kepala Desa Batu Putih, Fajrin menyatakan, sorgum yang sudah dikenal dan pernah dibudidayakan orang tua zaman dahulu sebagai tanaman sela di antara tanaman lain, saat ini bisa dibudidayakan secara profesional untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sorgum memiliki banyak manfaat dan mempunyai daya saing pasar baik daerah maupun nasional bahkan ekspor ke luar negeri,
"Sebagai kepala Desa saya berharap dengan pengembangan sorgum di wilayah kami Desa Batu Putih kedepan bisa lebih maju dalam perekonomiannya," jelasnya.
Baca Juga: Kementan Dorong Sorgum jadi Pangan Alternatif di 2020
Menurutnya, budidaya Sorgum ini juga untuk mendukung program pariwisata ataupun program yang lain di desa setempat. Ia sangat berharap kepada pemerintah melalui instansi terkait untuk bersinergi mendukung progam yang sedang dikembangkan di desanya itu.
“Biji sorgum bisa diolah menjadi bahan penganti nasi. Sebagai bahan makan lainnya sorgum bisa diolah menjadi sereal, bubur, tepung, roti, kue dan sirup. Untuk hasil produksi sorgum saya siap menerima dan membelinya berapapun jumlahnya,” katanya.