London, Gatra.com - Harga minyak mentah terus turun pada hari Kamis, dan memperpanjang terjadi kerugian tajam dari sesi sebelumnya, akibat perpanjangan penguncian China untuk mengekang penyebaran COVID-19. Ini sekaligus memperburuk kekhawatiran bahwa perlambatan aktivitas ekonomi secara global akan menekan permintaan bahan bakar.
Reuters, Kamis (8/9) melaporkan, minyak mentah berjangka Brent kehilangan 40 sen, atau 0,4 persen, menjadi $87,60 per barel pada pukul 10.02 GMT, mendekati level terendah akhir Januari. Minyak mentah berjangka AS turun 41 sen, atau 0,5 persen, menjadi $81,53 per barel, mendekati level terendah pertengahan Januari.
Analis Saxo Bank Ole Hansen mengatakan penurunan itu didorong oleh kekhawatiran permintaan yang berkelanjutan terkait dengan risiko kenaikan suku bunga, yang mematikan pertumbuhan dari bank sentral yang memerangi inflasi yang tak terkendali. Selain itu perjuangan ekonomi China yang berkelanjutan disebabkan Kebijakan nol COVID.
Wilayh Chengdu China kembali memperpanjang penguncian terhadap lebih dari 21 juta penduduknya pada hari Kamis, untuk mencegah penularan COVID-19 lebih lanjut. Jutaan warga lainnya di bagian lain negara tersebut diingatkan untuk menghindari perjalanan di musim liburan mendatang.
Sementara itu sejumlah bank sentral di seluruh dunia diperkirakan akan memulai babak baru kenaikan suku bunga untuk memerangi inflasi.
Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan suku bunga secara tajam ketika berlangsung bertemu pada hari Kamis. Pertemuan Federal Reserve AS menyusul pada 21 September
Harga itu juga disukung dari ancaman Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan ekspor minyak dan gas negara, itu jika batas harga diberlakukan oleh pembeli Eropa.
Uni Eropa mengusulkan pembatasan harga gas Rusia dan itu meningkatkan risiko penjatahan di beberapa negara terkaya di dunia pada musim dingin ini, jika Moskow benar menerapkan ancamannya.
Gazprom Rusia telah menghentikan aliran dari pipa Nord Stream 1, dan memotong sebagian besar pasokan ke Eropa.
Di tengah melonjaknya harga energi, Perdana Menteri baru Inggris Liz Truss pada hari Kamis akan membatalkan larangan fracking negara itu dan akan berusaha untuk memanfaatkan lebih banyak cadangannya di Laut Utara, sebagaimana surat kabar Telegraph melaporkan sebelumnya.
JP Morgan mengatakan OPEC+ mungkin perlu memangkas produksi sebesar 1 juta barel per hari, untuk membendung momentum penurunan harga dan menyelaraskan kembali pasar fisik yang tampaknya terputus.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, pada Senin sepakat untuk memangkas produksi mereka sebesar 100.000 barel per hari untuk bulan Oktober.