Jakarta, Gatra.com - Salah satu raksasa pangan asal Amerika Serikat, Cargill melakukan sebuah studi eksklusif TrendTracker 2022 mengenai tren makro pada bisnis makanan dan minuman.
Managing Director Cargill's Scratches, Sweeteners, and Texturizers di Asia, Ming Peng, menyebut ada empat tren makro di sektor makanan dan minuman yang tengah terjadi di Asia Pasifik.
Adapun empat tren makro tersebut antara lain menyehatkan (healthy for me), kesadaran konsumen (conscious consumption), pengalaman konsumen (experience it), dan tren kemudahan (simplify).
Ming Peng menyebut TrendTracker 2022 yang dilakukan Cargill menjadi solusi inovatif berdasarkan market insight yang terbaru.
"Asia merupakan pasar yang sangat penting. Kami memposisikan diri sebagai solution partner dengan memberikan nilai tambah bagi bisnis," ujar Ming Peng di Food Ingredients Asia 2022 di JIExpo, Jakarta, Rabu (7/9).
Ming Peng menjelaskan, studi Cargill tentang tren kesehatan menunjukkan bahwa saat ini konsumen di kawasan Asia mulai berhati-hati dengan produk makanan dan minuman yang dikonsumsi. Cargill sendiri bergerak pada pengolahan beberapa komoditi pertanian seperti minyak sawit, kakao dan kopra.
"Salah satunya ditandai dengan tumbuhnya minat untuk mengurangi kadar gula dan garam," sebutnya.
Bahan baku nabati, alami dan bergizi dinilai dapat memberikan manfaat kesehatan bagi konsumen secara fisik dan mental. Salah satu solusi yang dikembangkan Cargill, kata Ming Peng yaitu perasa manis yang dapat mengurangi penggunaan gula dalam kadar tinggi.
Adapun alternatif bahan alami yang digunakan sebagai sumber pemanis seperti jagung dan stevia.
Selain itu, tren kesadaran konsumen, Ming Peng menjelaskan, saat ini ada polarisasi di antara konsumen. Beberapa konsumen bersedia membayar lebih untuk produk makanan dan minuman berkualitas premium.
"Ada beberapa yang sadar terkait seberapa banyak uang yang mereka keluarkan. Di sisi lain konsumen juga menuntut produk yang ramah lingkungan," jelasnya.
Cargill mengklaim, pada 2021 telah melatih sebanyak 26.129 petani kakao di Indonesia mengenai Good Agriculture Practices (GAP) dan 13.994 petani kakao telah menghasilkan bahan kakao yang dapat dilacak (traceable).
Sementara untuk tren pengalaman konsumen, Ming Peng mengungkapkan bahwa saat ini konsumen menuntut produk yang jelas memberikan mereka pengalaman yang lebih tinggi. Terutama dalam hal kenikmatan, dimanjakan, dan kebaruan produk.
Tren kemudahan, Ming Peng menjelaskan bahwa studi Cargill melihat konsumen saat ini lebih menuntut kemudahan dan kepraktisan dalam mengkonsumsi suatu produk.
"Mereka mencari produk yang dapat membantu mereka dan mempermudah kehidupan mereka, seperti proses belanja online atau produk yang dapat dinikmati di rumah tanpa harus pergi keluar rumah," imbuhnya.
Ming Peng menambahkan, pandemi Covid-19 telah membuat pengembangan produk dan inovasi menjadi lebih sulit. Tak hanya memperhitungkan karakter unik dari setiap pasar, tetapi preferensi rasa, bahan yang populer hingga kebudayaan masyarakat di pasar juga menjadi faktor pertimbangan dalam menciptakan produk.
"Sekaranglah saatnya untuk membagikan inovasi yang kami miliki dan mulai bekerja sama untuk masa mendatang," tutur Ming Peng.
Sebagai informasi, Cargill turut ikut serta dalam Food Ingredients Asia (Fi Asia) 2022 merupakan pameran bahan baku makanan dan minuman di Asia. Tahun ini Fi Asia dilaksanakan di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta pada 7-9 September 2022 dan menjadi tahun ke-25 FIA diselenggarakan. Indonesia sendiri telah menjadi tuan rumah Fi Asia sejak tahun 2010.
Adapun solusi dari Cargill yang dikembangkan sebagai pendekatan inovatif terhadap empat tren makro, antara lain; C*Sweetmix, solusi perasa manis yang dapat mengurangi penggunaan gula dalam kadar tinggi; Gerkens DL68, bubuk kakao alkali ringan yang dibuat dari biji kakao asal Asia dan Afrika Barat. Menawarkan warna yang pekat, rasa cokelat yang tahan lama, solusi untuk segmen makanan manis; Aalst Chocolate Bake-Stable Compound Filling yang mampu menahan suhu pemanggangan hingga 180°C (15 – 20 menit) sekaligus mencegah keluarnya lemak atau minyak; dan Coconera, cocoa butter equivalent (CBE) yang memberikan kualitas makan yang sama dan pengalaman sensorik yang sebanding dengan cocoa butter pada produk kembang gula dan cokelat.