Pekanbaru, Gatra.com - Indonesian Palm Oil Stakeholders Forum (IPOS) 7 yang bakal digelar di hotel yang sama dengan gelaran IPOS 6 tahun lalu; Santika Dyandra Premiere Convention di kawasan jalan Kapten Maulana Lubis Medan Sumatera Utara (Sumut), nampaknya bakal beda. Selain pendukungnya berkurang, kelompok tani non sawit juga bakal hadir dihelat yang bakal digelar pada 20-21 Oktober 2022 itu.
Kalau pada helat IPOS 6 tahun ada lima pendukung, tahun ini cuma tinggal tiga; Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Badan Kerja Sama Perusahaan Perkebunan Sumatera (BKSPPS) dan Komunitas Pecinta Kelapa Sawit. Sementara inisiator IPOS, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) tidak diikutkan lagi. Termasuk Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE), juga tak ada lagi.
Inilah yang kemudian memunculkan kesa kalau hubungan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Sumut sebagai penyelenggara acara IPOS 7 itu dengan asosiasi petani, sedang tidak baik.
Soal pekebun yang hadir di acara itu, kalau tahun lalu enam perwakilan --- empat perwakilan pekebun swadaya dan dua pekebun Perkebunan Inti Rakyat (PIR) --- dikasi ruang untuk bercerita tentang pengalaman mereka melaksanakan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) program Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), tahun ini justru cuma dua perwakilan. Satu kelompok tani berasal dari Demak Jawa Tengah dan satu lagi Koperasi Jaya Usaha Bersama (KJUB) Ophir dari Pasaman Barat Sumatera Barat (Sumbar).
Kelompok Tani Citra Kinaraya Demak adalah kelompok tani yang bergerak di sektor gabah, sementara KJUB Ophir memang bergerak di sektor kelapa sawit.
Menengok kenyataan ini, Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumut, Gus Dalhari Harahap cuma bisa menarik napas panjang.
"Ada apa ini kok mengundang petani gabah? Apa sudah enggak ada lagi petani sawit yang harus diperhatikan? Dan perlu diingat, duit yang dipakai untuk acara IPOS 7 itu sebahagian atau malah semuanya, berasal dari kocek BPDPKS yang notabene urusan sawit," katanya kepada Gatra.com.
Mestinya kata Gus, IPOS itu tetap fokus pada pelaku sawit. Ini persis dengan nama helat itu; Forum Pemangku Kepentingan Kelapa Sawit Indonesia. "Masih sangat banyak petani, baik swadaya maupun eks plasma yang harus diurusi. Kenapa eks plasma cerai dengan perusahaan mitranya, kenapa produktifitas petani swadaya rendah, belum banyak yang berkelompok, banyak diklaim dalam kawasan hutan, ini yang mestinya harus dibicarakan dalam forum itu," ujarnya.
"Kalau kami (Apkasindo) kemudian tak lagi diikutkan sebagai pendukung acara itu, monggo. Silahkan, tapi itu tadi, IPOS itu musti konsisten dengan misinya. Saya sangat paham kenapa IPOS itu kemudian lahir, sebab saya salah satu inisiatornya," suara lelaki 51 tahun ini meninggi.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumut, Alexander Maha membantah kalau hubungan GAPKI Sumut dengan asosiasi petani retak.
"Hubungan tetap baik. Pada IPOS 7 fokusnya adalah hanya membahas pengusaha sawit dengan kelompok-kelompok tani binaannya. Pengusaha sawit ingin membina kelompok-kelompok tani binaannya menjadi lebih profesional lagi dengan mem-benchmarking keberhasilan kelompok tani sawit Ophir dan kelompok tani komoditi lainnya yang telah proven sukses," kata Alexander melalui pesan whatsapp.
Abdul Aziz