Jakarta, Gatra.com – Kasus HIV di Indonesia kembali menjadi kasus yang sering terjadi belakangan ini dan belum ada pencegahan yang dapat diatasi. Namun, penyakit HIV bisa diatasi dengan cara terapi dan imunisasi.
Ketua Umum PP IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, menyebut tak sedikit masyarakat masih salah kaprah jika penderita HIV dengan semua level tidak boleh imunisasi. Dengan imunisasi sebenarnya dapat mencegah penularan virus HIV.
“Di level tertentu HIV yang sudah terkontrol sudah bisa diberikan imunisasi. Karena justru mereka lebih butuh imunisasi dibanding anak-anak yang normal,” ujar dr. Piprim dalam keterangan yang diperoleh Gatra.com, Senin (5/9).
Sementara itu, Ketua Satgas HIV IDAI, Endah Citraresmi, mengatakan jika mayoritas HIV pada anak diakibatkan karena penularan dari orang dewasa dan masih bisa dicegah. Namun, masih belum efektif dalam implementasinya.
“Penularan di anak itu terjadi mayoritas lebih dari 90% dari Ibu ke janin. Jadi pengendalian HIV pada dewasa akan memengaruhi terjadinya kasus-kasus HIV pada anak. Dan ini penularan yang masih bisa dicegah. Nah tetapi pencegahan tersebut belum sepenuhnya efektif di Indonesia,” ucap Endah.
Ia menambahkan jika dibanding dengan negara berkembang seperti Thailand dalam kasus HIV pada anak masih bisa dicegah. Hal ini disayangkan karena kasus HIV di Indonesia masih tetap ditemukan.
Hal ini yang menggerakkan Satgas HIV berfokus untuk memberikan awareness kepada masyarakat khususnya dalam pencegahan penularan HIV dan mencegah dari Ibu ke bayi. Kemudian Satgas HIV juga berperan dalam kerjasama dan berdiskusi dengan Kementerian Kesehatan terkait dengan obat untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Dalam kasus penularan HIV tersebut juga mayoritas penularannya dari melahirkan dan persalinan. Bukan hanya itu saja, penularan kasus tersebut juga ditemukan pada anak remaja secara horizontal. Horizontal yang dimaksud yakni penularan terhadap sesama penderita HIV biasanya dari penggunaan narkotika jarum suntik maupun seks bebas. Di Indonesia sendiri pernah dijumpai kasus penularan HIV melalui transfusi darah, namun sudah tidak pernah ditemukan kembali.
Menurut Endah jika virus HIV ini belum bisa disembuhkan namun masih bisa dihambat dan dicegah penyebarannya.
“Sampai detik ini di seluruh dunia kita belum bisa mengatakan bahwa HIV bisa disembuhkan. Karena konotasi sembuh berarti selesai dan tidak ada lagi virusnya. Jadi yang kami kerjakan adalah menurunkan jumlah virus, menekan dan menghambat replikasi virus,” tambahnya.
Virus HIV dapat menyerang ke berbagai sel, salah satu sel yang terpenting dapat dimasukkan oleh virus tersebut yakni sel CD4. CD4 merupakan sel limfosit T yang memiliki peran sangat vital dalam pertahanan tubuh sistem imun manusia. Jadi, virus HIV menyerang dan berkembang biak pada sel CD4.
Kemudian, pada kondisi anak jika terkena virus HIV akan mengganggu tumbuh kembang anak. Dikarenakan fase terinfeksi pada anak dimulai pada saat baru lahir maupun pada saat kehamilan. Sehingga jika tidak ditangani dengan baik, lalu infeksi berulang akan terjadi. Maka akan mengganggu tumbuh kembang anak. Selain itu pada kasus HIV masih sering ditemukan jumlah kematiannya pada Indonesia terutama kepada anak-anak yang terlambat untuk diperiksa di Rumah Sakit.
Lebih lanjut, Endah juga memberikan saran bagaimana mendeteksi anak terinfeksi virus HIV atau tidak bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu apakah anak tersebut sakit duluan dan apabila orang dewasa yang terinfeksi HIV, seharusnya semua anak-anaknya wajib di screening. Sedari awal memang sudah diwajibkan terutama bagi orang dewasa untuk melakukan pemeriksaan secara dini agar tidak ada anak-anak yang terinfeksi virus HIV dan dapat dicegah penularan tersebut.