Pasuruan, Gatra.com -- Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh masyarakat untuk bersedekah oksigen melalui kegiatan menanam mangrove. Hal itu ia sampaikan saat memimpin aksi penanaman 1.000 bibit mangrove dalam rangka Festival Mengrove Perdana yang dibuka Selasa (30/08/2022) di Penunggul Mangrove Park, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, bersama kelompok masyarakat binaan Mukarim.
Nama terakhir merupakan tokoh pegiat lingkungan peraih Kalpataru Tahun 2005 dan penerima Satya Lencana Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2014.
“Hari ini saya ingin menyampaikan kepada seluruh warga Jatim mari bersedekah oksigen. Oksigen yang diproduksi mangrove bisa mencapai lima kali lipatnya dari pada pohon yang ada di daratan," jelas Khofifah dalam aksi yang digelar atas kerjasama Dinas Kehutanan Provinsi Jatim dengan Yayasan Gajah Sumatera (Yagasu) serta Pemkab Pasuruan.
Menurut Khofifah saat ini semua negara tengah menghadapi perubahan iklim global yang menyebabkan berbagai bencana alam seperti banjir. Tidak hanya itu, mangrove memiliki manfaat untuk menekan emisi gas rumah kaca dan karbon serta mampu menghasilkan oksigen lima kali lipat daripada pohon yang ditanam di darat.
"Apalagi saat ini dunia sedang menghadapi perubahan iklim global, dan yang punya produksi oksigen signifikan adalah mangrove. Indonesia dan Jawa Timur memiliki panjang pantai yang signifikan. Jadi mari sedekah oksigen dengan menanam mangrove,” ujar Khofifah saat membuka Festival Mangrove di Pasuruan.
Ia berharap festival mangrove ini mampu memberikan referensi penanaman di titik mana pun yang bisa dilakukan, tanpa perlu menunggu kapan waktunya. Karena perubahan iklim global terus terjadi dan efeknya melanda sejumlah negara di dunia. “Jadi nanamnya bisa saja di Penunggul, sini tapi efek oksigennya bisa ke seluruh dunia,” tegasnya.
Ia menyebutkan, pelaksanaan Festival Mangrove ini juga menjadi bagian keberseiringan hubungan antara manusia dengan alam yang dibangun secara harmonis. Sehingga ekosistem alam akan berseiring dengan kebutuhan kehidupan manusia dan makhluk lainnya di muka bumi ini.
“Banyak pihak baik masyarakat, para pegiat lingkungan maupun Yagasu saya lihat telah mendedikasikn dirinya dalam upaya penanaman mangrove ini. Tidak hanya penanaman mangrove saja tapi sekaligus untuk produk hilirisasi mangrove seperti sirup, kripik, sampai batik. Hal ini tentunya berseiring dengan komitmen para Bupati/Walikota di Jatim,” katanya.
Khofifah juga menyatakan bahwa Pemprov Jatim sendiri terus melakukan upaya pemulihan ekosistem mangrove di wilayah pesisirnya. Bahkan, dirinya pun telah berkeliling ke sejumlah daerah untuk menanam mangrove di sejumlah kawasan pesisir di Jatim.
Upaya ini perlu terus digencarkan mengingat Jatim merupakan Provinsi dengan luasan mangrove terbesar di Pulau Jawa dan Bali. Berdasarkan Peta Mangrove Nasional Tahun 2021 yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK), luas kawasan mangrove di Jatim mencapai 27.221 Ha.
Sementara itu, total potensi mangrove di Jatim seluas 51.557 Ha saat ini 47,26% dalam kondisi lebat, 46,07% kondisi sedang dan 6,66% kondisi jarang. Upaya penanaman yang melibatkan para stakeholder di Jatim sejak 3 tahun terakhir sampai dengan saat ini mencapai 1.367,77 Ha dengan bibit yang sudah ditanam sejumlah 5,08 Juta batang.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai elemen dan stakeholder di Jatim baik Pemerintah Kabupaten/Kota, UPT Pemerintah Pusat, TNI, Polri, Lembaga Swadaya Masyarakat, BUMD, para pegiat lingkungan hidup dan masyarakat yang semakin intensif melakukan restorasi mangrove di sejumlah tempat Jatim,” ungkapnya.
Pemprov Jatim melalui perangkat daerah terkait terus melakukan upaya pemulihan ekosistem, baik di kawasan hutan, areal penggunaan lain pada Daerah Aliran Sungai (DAS) maupun pada kawasan ekosistem mangrove di pesisir secara terintegrasi.
Komitmen ini, kata Khofifah, seiring dengan kampanye global penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Dimana Pemerintah Indonesia memiliki target penurunan emisi GRK sebesar 29 % sampai dengan 41 % pada Tahun 2030.
“Pemulihan ekosistem mangrove merupakan salah satu cara mitigasi perubahan iklim dengan pola Peningkatan Cadangan Karbon (PCK). Ekosistem mangrove harus dikelola dengan basis masyarakat pesisir sebagai pelaku utama, dengan tetap memperhatikan nilai ekologi, ekonomi dan sosial budaya setempat,” kata Khofifah.