Washington DC, Gatra.com- Sebuah kapal Iran menangkap kapal penelitian tak berawak militer Amerika di Teluk. Dipaksa melepaskannya setelah sebuah kapal patroli dan helikopter Angkatan Laut AS dikerahkan ke lokasi itu, kata Pentagon, Selasa, 30/08. Demikian AFP.
Armada ke-5 Komando Pusat AS mengatakan sebuah kapal pendukung dari Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam Iran, Shahid Baziar, terlihat menarik kapal permukaan tak berawak (USV) Saildrone Explorer sepanjang tujuh meter (23 kaki) Senin malam.
Drone angkatan laut AS, yang dilengkapi dengan berbagai sensor, radar dan kamera, berada di perairan internasional untuk mengumpulkan navigasi dan data lain yang tidak ditentukan, kata Armada ke-5 dalam sebuah pernyataan.
Ketika kapal Iran terlihat menarik kapal tak berawak, pasukan AS mengirim kapal patroli pantai USS Thunderbolt, yang beroperasi di dekatnya, ke tempat kejadian.
Selain itu, helikopter MH-60S Sea Hawk yang berbasis di Bahrain menyerbu ke lokasi. Helikopter MH-60R Sea Hawk adalah helikopter maritim paling canggih di dunia. Dilengkapi rudal anti kapal selam, dirancang beroperasi dari fregat, kapal perusak, kapal penjelajah, dan kapal induk.
Tindakan itu "mengakibatkan kapal IRGCN memutuskan tali penarik ke USV dan meninggalkan daerah itu kira-kira empat jam kemudian" tanpa insiden lebih lanjut, kata Armada ke-5.
"Tindakan IRGCN mencolok, tidak beralasan dan tidak konsisten dengan perilaku kekuatan maritim profesional," kata Wakil Laksamana Brad Cooper, komandan Komando Pusat Angkatan Laut AS, dalam sebuah pernyataan.
"Pasukan angkatan laut AS tetap waspada dan akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun yang diizinkan hukum internasional sambil mempromosikan ketertiban internasional berbasis aturan di seluruh kawasan," tambahnya.
Dengan panel surya dan sayap layar setinggi lima meter, Saildrone Explorer digerakkan oleh energi matahari dan angin dan dapat digunakan dalam misi di lautan hingga satu tahun, dipantau dari jarak jauh oleh pilot manusia.
Ini dapat mengumpulkan berbagai data kelautan, navigasi dan meteorologi, serta intelijen strategis. Armada ke-5 menekankan kapal itu milik pemerintah AS tetapi teknologi yang dibawanya "tersedia secara komersial" dan "tidak menyimpan informasi sensitif atau rahasia."
Angkatan Laut AS pertama kali memulai pengujian operasional USV di Teluk Aqaba Desember lalu.