Jakarta, Gatra.com - Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian menggelar rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah pada Selasa (30/8). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga di sisa akhir tahun, serta berupaya untuk membuat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif.
"Dalam mengatasi pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi kita naik lagi hingga 5,4%. Tidak semua negara bisa mengatasi peristiwa ini. Ketidakmampuan negara lain mengatasi dampak pandemi turut berdampak pada kita karena Indonesia termasuk ke dalam sistem ekonomi global," jelasnya.
Menteri Koodinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Panjaitan, menjelaskan bahwa situasi dunia yang dinamis akan mempengaruhi Indonesia. Ini membuat kemungkinan terjadinya krisis pangan dan energi semakin terbuka.
Adanya perlambatan ekonomi di dunia, perubahan iklim ekstrim, serta tingginya inflasi di negara maju menjadikan ketidakpastian pasokan pangan dan energi.
Di Indonesia, kenaikan harga Volatile Foods di tahun ini meningkat tajam dalam periode 4 tahun ke belakang. Berdasarkan grafik yang dijabarkan, kenaikan ini belum sampai puncaknya dan masih memungkinkan untuk terjadi peningkatan.
"Komoditas dengan inflasi tertinggi diantaranya cabai merah, bawang merah, cabai rawit, dan telur ayam," ujar Luhut.
Selain harga pangan, biaya logistik pengiriman disebutkan Luhut akan mempengaruhi harga jual. Dengan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), data menunjukkan bahwa biaya barang dan jasa terkait konstruksi, makanan dan minuman jadi, serta sembako dan produk buah akan mengalami kenaikan harga.
Kepala Badan Pusat Statistik, Mago Yuwono, menerangkan bahwa berdasarkan kenaikan harga BBM di masa lalu, maka inflasi akan meningkat. Ini terjadi pada 2005 dan 2013. Kenaikan inflasi yang cukup tinggi ini turut berpengaruh pada presentase penduduk miskin.
"Kenaikan harga BBM memberikan dampak buruk kepada penduduk miskin, jumlah dan presentase meningkat, kemudian tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan turut meningkat," jelasnya.
Dalam menghadapi hal tersebut, Luhut menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan bantuan untuk mengantisipasi kenaikan BBM berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Subsidi Upah (BSU), serta program perlinsos dan penciptaan lapangan kerja.
Luhut juga meminta seluruh pihak bekerjasama untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global ini.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pulih dengan cepat. Kita harus hati-hati. Dalam keadaan sekarang kita harus kompak. Ini masalah kita bersama. 4 bulan ke depan harus kita waspadai," kata Luhut.
Ia juga meminta seluruh pihak untuk berkoordinasi dalam mengatasi bayangan krisis pangan dan energi. Selain itu, ia mengatakan bahwa seluruh jajaran pemerintahan harus kompak membuktikan bahwa Indonesia mampu melewati permasalahan ini.