Sleman, Gatra.com – Polres Sleman menangkap 12 pelaku penganiayaan yang menewaskan suporter PSS Sleman, Aditya Eka Putranda (18) pada Sabtu (27/8) malam. Para pelaku disebut memegangi dan membacok korban.
Dalam jumpa pers di Mapolres Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (29/8) siang, Kasat Reskrim AKP Rony Prasadana mengatakan saat menyerang Eka dan ketiga rekannya, salah satu pelaku sempat menyatakan mereka dari ‘Brajamusti’, kelompok suporter PSIM Yogyakarta.
“Klaim ini harus kami dalami dulu. Namun jika melihat data dan fakta yang kami miliki, beberapa kasus penyerangan berulang-ulang berasal dari Brajamusti, seperti kasus pembunuhan di Mirota,” kata Rony.
Dari pemeriksaan para tersangka yang ditangkap terpisah, Rony menyatakan aksi penyerangan pada korban yang akan pulang ke Banyuraden, Kecamatan Gamping, Sleman usai menonton PSS melawan Persebaya di Stadion Maguwoharjo itu terjadi karena provokasi.
Menurut Kapolres, salah satu tersangka, JN, yang masih di bawah umur, mengaku dikejar dan dikeroyok oleh sekelompok suporter PSS Sleman. Tapi hal itu menurut Rony juga perlu didalami karena belum ada laporan polisi yang masuk.
“Penyerangan oleh mereka dilakukan saat korban usai melintasi kereta api. Eka mengalami luka bacok parah di punggung dan sekitar leher. Sedangkan ketiga temannya juga mengalami luka bacok,” lanjutnya.
Dari ke-12 tersangka ini, polisi mendapatkan barang bukti seperti senjata tajam berupa mandau, celurit besar dan kecil, pentungan dari pipa paralon, dan petasan. Para tersangka ini semuanya berasal dari wilayah Gamping, Sleman.
Menurut polisi, saat menyerang, dua pelaku mengaku bertugas memegangi korban. Sementara pelaku lainnya memukul, menendang, dan membacok. Semua tersangka dijerat dengan pasal 170 KUHP tentang penganiayaan dengan ancaman penjara maksimal 15 tahun.
Namun tidak menutup kemungkinan, menurut Kapolres, kasus ini dikembangkan ke pembunuhan berencana.
“Ini kami dasarkan pada senjata tajam yang mereka bawa. Ada kemungkinan, ini sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Kita akan usut tuntas kasus ini sampai ke akar-akarnya. Apakah setiap ada pertandingan bola, harus ada nyawa yang dikorbankan?” kata Rony.
Terkait kasus ini, Sekretaris Pemda DIY Baskara Aji menyatakan Gubernur Sultan Hamengku Buwono X siap menengahi pertikaian antar-suporter yang sering memakan korban.
“Kisruh ini tidak bisa diselesaikan di tingkat bawah. Kami minta organisasi suporter bertanggung jawab dan mengantisipasi agar kekerasan tidak terus terjadi,” kata Aji.