Jakarta, Gatra.com - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendorong pengembangan bibit kopi unggul di Jawa Barat untuk menjadikan Indonesia sebagai negara nomor satu penghasil kopi dunia.
SYL menyebut produksi kopi Jawa Barat terus berkembang. Pada periode Januari hingga Maret 2022, total penanaman bibit kopi mencapai 499.000 batang. Adapun target produksi bibit kopi Nasional pada tahun 2022 ini mencapai 3 juta batang.
"Jawa Barat masuk sepuluh besar kawasan pengembangan Kopi di Indonesia. Termasuk Aceh, Sumut, Sumsel, Lampung, Sulsel, Bali, dan NTT," kata SYL dalam keterangan yang diterima, Senin (29/8).
SYL menuturkan, luas areal kopi nasional pada 2021 mencapai 1,26 juta hektar terdiri dari perkebunan rakyat mencakup 0,03 juta hektar atau hanya dua persen dari total luas kebun kopi nasional.
Menurut SYL inovasi bibit kopi harus dikembangkan di pelbagai daerah sehingga posisi Indonesia sebagai produsen kopi dunia dapat dikebut meningkat ke posisi pertama. Seperti diketahui saat ini Indonesia menduduki posisi ketiga produsen kopi di tingkat global.
"Oleh karena itu, pengembangan kopi melalui produksi bibit kopi harus diwujudkan sekaligus untuk memenangkan tantangan krisis pangan dan energi di masa depan. Ekspor kopi pun meningkatkan dan kopi kita nomor satu di dunia," jelas SYL.
Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Andi Nur Alam Syah menyebut saat ini produksi kopi nasional sebesar 774,70 ribu ton yang berasal dari perkebunan rakyat sebesar 769 ribu ton atau 99,3 persen, dan produksi kopi perkebunan besar 5,67 ribu ton atau 0,67 persen.
Adapun sebaran kebun kopi, kata Andi, sudah ada hampir di seluruh provinsi Indonesia dengan rata-rata produktivitas sebesar 817 kilogram/hektar.
Sebagian besar produksi kopi, kata Nur Alam,untuk diekspor. Pada 2021, volume ekspor kopi mencapai 382,93 ribu ton dan memberikan kontribusi devisa senilai Rp12,35 triliun atau penghasil devisa sektor perkebunan terbesar kelima setelah sawit, karet, kakao dan kelapa.
Karena itu, Nur Alam menilai perolehan devisa dari sektor perkebunan kopi saat ini belum optimal. Sebab, sebanyak 98,01 persen kopi yang diekspor masih dalam bentuk produk primer atau biji kopi sebesar 70 persen mutu sedang sampai rendah di grade IV hingga VI.
Nur Alam menjelaskan, untuk mendorong peningkatan kontribusi devisa di sektor perkebunan kopi, Kementan mencanangkan kegiatan BUN 500 yakni, penyediaan bibit unggul tanaman perkebunan hingga 500 juta batang.
Ia menjabarkan, upaya tersebut di antaranya membangun Nursery BUN dan memproduksi bibit kopi secara swakelola dan mendorong produsen bibit mitra untuk membangun dan memproduksi bibit di dalam atau sekitar Kawasan Pengembangan Kopi.
"Yang pasti saat ini jumlah produsen nursery mitra bibit kopi mencapai 47 unit yang tersebar di 14 Provinsi. Pemerintah terus mengembangkan kopi nasional untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan dalam negeri," imbuh Nur Alam.