Home Politik Arif Susanto Sebut Banyak Hambatan bagi Capres Alternatif

Arif Susanto Sebut Banyak Hambatan bagi Capres Alternatif

Jakarta, Gatra.com – Arif Susanto, analis politik dari Exposit Strategic menyebutkan bahwa ada banyak kalangan yang ingin menyalonkan diri menjadi presiden Republik Indonesia. Ia menyampaikan hal tersebut dalam forum diskusi Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (FORMAPPI) “Capres Stagnan: Alternatif Jawaban” di kantor mereka di bilangan Matraman, Jakarta Pusat pada Minggu (28/8).

Tujuan lembaga swadaya masyarakat yang menyoroti kinerja parlemen di Indonesia mengadakan konferensi pers ini adalah untuk menyoroti keresahan masyarakat dalam mengumumkan calon presiden alternatif yang selama ini beredar.

Dipandu oleh moderator anggota organisasi nirlaba “Kata Rakyat” Apriyanti Marwa, forum diskusi ini diisi oleh tiga tokoh masyarakat, antara lain Arif Susanto dari Exposit Strategic, Ray Rangkuti dari LIMA Indonesia, dan Lucius Karus selaku anggota Formappi.

Arif membahas latar belakang calon presiden Republik Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan, yaitu dari pergerakan para pemuda. Sementara pada zaman Orde Baru, menurut Arif, sumber utama calon presiden dikuasai oleh militer, meskipun ada banyak calon pemimpin dari latar belakang yang berbeda.

“Berbeda dengan era pasca-Soeharto, pasca-Soeharto kita mendapati cukup beragam ya. Malah saya mengidentifikasi ada beberapa, misalnya, nomor satu tentu saja dari partai politik. Misalnya mulai ada dari waktu itu Akbar Tanjung, Habibie, saya kira termasuk di dalamnya juga. Kemudian Megawati, lalu di luar itu ada tokoh keagamaan yang juga memberi kontribusi penting,” jelas Arif tentang kemajuan dari mana saja calon presiden berasal.

Arief menyebutkan, sosok yang menjadi calon presiden dari kalangan tokoh keagamaan adalah Amien Rais dan yang terbaru Ma’ruf Amin. Kalangan militer kembali masuk ke bursa calon presiden dengan adanya Susilo Bambang Yudhoyono dan Prabowo Subianto menyalonkan diri dan Prabowo waktu itu juga menjadi anggota Partai Gerindra.

Seiring perkembangan zaman, calon presiden semakin meluas latar belakangnya, antara lain pengusaha, akademisi, kalangan profesional, dan kepala daerah. Contohnya seperti Sandiaga Uno dan Siswono Yudo Husodo dari kalangan pengusaha, Amien Rais sebelumnya akademisi hingga Joko Widodo yang merupakan kepala daerah.

Arif meyakinkan ketika membahas pemimpin alternatif, sebenarnya sumbernya tidak terbatas dan masih banyak yang belum digali lebih jauh. “Sebagai contoh saya ingin menyebutkan beberapa: kelompok buruh, kelompok-kelompok profesi. Kita punya misalnya di daerah ada Ikatan Sarjana Ekonomi, ada Persatuan Insinyur Indonesia, ada kelompok-kelompok lain yang KADIN juga menjadi salah satu potensi,” katanya.

Selain kalangan yang disebut di atas, kalangan sosial juga dapat mencalonkan diri menjadi presiden, seperti netizen, jurnalis seperti Adam Malik yang menjadi wakil presiden hingga aktivis dalam kampus.

Sedangkan seberapa besarnya peluang munculnya calon presiden alternatif di tahun 2024 nanti, Arif mengakui, harus menjadi skeptis karena banyaknya kendala dalam syarat presidential threshold 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara pada Pemilu 2024.

Kemudian, pasangan Capres-Cawapres hanya dapat ditentukan oleh partai politik atau gabungan dari partai politik sehingga calon independen sulit untuk masuk dalam bursa pencalonan presiden. Selanjutnya, terdapat kelemahan demokrasi intra partai. Ketika ketua umum tidak sejalan dengan anggotanya, maka akan dianggap sebagai penentangan.

Belum adanya mekanisme konvensi partai untuk memilih calon secara terbuka dan akuntabel menjadi kendala keempat karena dipilih secara tertutup oleh partai. Terakhir, ada kanal politik yang menjadi jembatan antara partai politik dengan kekuatan sosial lain yang lebih ditentukan distribusi kuasa sehingga kelompok sosial lebih memilih menjadi bawahan dan mereka akan sulit mencari tokoh alternatif.

109