Jakarta, Gatra.com – Ikatan Dokter Indonesa (IDI) mulai mewaspadai, sejak terkonfirmasinya satu kasus virus Cacar Monyet atau Monkeypox di Indonesia. IDI pun membentuk Satuan Tugas (Satgas) Monkeypox yang dipimpin Hanny Nilasari.
Meski terbentuk sekitar tiga pekan lalu, Hanny mengatakan bahwa langkah ini dilakukan agar penyakit cacar monyet bisa diatasi segera dan tidak menjadi wabah.
Hanny mengatakan, kasus monkeypox di dunia telah mencapai 46.724 total kasus dengan 46.337 di antaranya tersebar di negara non-endemis, dan 387 sisanya terjadi di negara dengan riwayat penyakit monkeypox.
“Perlu diperhatikan situasi dan kondisi pasien di rumah, bagaimana ventilasi, serta ruangan dan kamar mandi sendiri yang tidak berkontak dengan siapa-siapa. Berbeda dengan monkeypox di masa lalu, saat ini ruam muncul di 10-20 titik kulit, sehingga bisa dijaga oleh pasien sendiri,” katanya pada konferensi pers secara daring IDI, Jumat (26/8).
Tim Satgas Monkeypox IDI lanjut Hanny, sedang berkonsolidasi untuk menyiapkan rekomendasi lanjutan kepada pemerintah terkait vaksinasi dan obat antivirus. Sasaran vaksinasi direncanakan tidak akan diberikan kepada seluruh masyarakat melainkan kepada pihak yang terpapar atau berisiko tinggi, serta kepada tenaga kesehatan.
“Orang yang terpapar seperti berada di satu ruangan yang sama dengan pasien terkonfirmasi, orang yang berkontak langsung atau terkena ruam dari pasien terkonfirmasi. Mereka merupakan orang dengan risiko tinggi,” katanya.
Hal ini lanjut Hanny, juga berkaitan dengan sifat virus yang sangat menular saat gejala muncul. Apabila seseorang terpapar dan berkontak langsung, disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas layanan kesehatan.
Hanny menyebut, hingga saat ini, obat antivirus sudah direkomendasikan. Kendati kebutuhan mengenai obat ini belum tinggi, ia menyarankan Kemenkes untuk bersiap menyiapkan obat antivirus untuk mengantisipasi penularan.
Hanny juga memaparkan terkait stigma yang banyak beredar bahwa penderita cacar monyet hanya akan menyerang orang berorientasi LGBT.
“Laporan di luar negeri menunjukkan bahwa 96,2% kasusnya ada pada kontak seksual sesama jenis. Kita harus tahu bahwa infeksi virus sangat bergantung pada imunitas. Artinya, cacar monyet bisa menyerang siapa saja, bukan hanya komunitas LGBT saja,” ujarnya.
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa di Indonesia saat ini, ada satu kasus aktif cacar monyet yang diderita seorang laki-laki berusia 27 tahun dengan riwayat perjalanan ke luar negeri. Selain itu, terdapat 23 suspek yang masih dimonitor apakah benar terjangkit penyakit ini atau tidak.
“Satu kasus aktif tersebut melakukan perawatan sendiri di rumah dengan menerapkan isolasi mandiri. Keputusan tersebut merupakan langkah yang tepat,” kata Hanny.