Depok, Gatra.com – Universitas Indonesia (UI) baru-baru ini mengadakan kegiatan pembelajaran “Sampahku, Tanggung Jawabku (Samtaku)” di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Wakatobi (Sulawesi Tenggara). Guna mendukung kegiatan tersebut, UI menggandeng sejumlah mitra di antaranya Danone, Yayasan Lentera Anak, dan Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi.
Tim Samtaku diketuai oleh Dr. Cindy Rianti Priadi selaku dosen Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik UI (FTUI) yang memimpin pelaksanaan rangkaian proyek pembelajaran berbasis pengalaman untuk pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Cindi mengatakan, pihaknya memilih Wakatobi sebagai lokasi pilot project implementasi program Samtaku karena daerah tersebut memiliki Taman Nasional Laut Wakatobi yang merupakan taman nasional terbesar ke-3 di Indonesia.
“Pesona dan keindahan ekosistem laut Wakatobi patut dilestarikan dan dilindungi. Kegiatan Samtaku di Wakatobi yang didukung oleh National Geographic Society ini dibagi menjadi tiga kegiatan utama, yaitu Training of Trainers (ToT) kepada para pemuda Wakatobi, Teaching Factory Improvement di Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan (AKKP) Wakatobi, dan Learning Session bagi siswa SMP di Wakatobi,” kata Cindy yang juga National Geographic Explorer.
Kegiatan ToT bertujuan melatih 12 pemuda Wakatobi terpilih yang berasal dari 5 Taruna AKKP Wakatobi, 5 anggota kelompok pencinta alam Wakatobi, dan 2 orang Polisi Hutan dari BTN Wakatobi. 12 pemuda ini dilatih untuk ke depannya menjadi trainers dalam kegiatan Learning Session kepada siswa/i SMP setempat. Didampingi tim YLA dan UI, para peserta dibekali tips and trick dan simulasi kegiatan pembelajaran untuk menjadi fasilitator yang baik.
Kegiatan Teaching Factory Improvement di AKKP Wakatobi merupakan pelatihan ecobrick dan instalasi unit pengomposan dan Torbi untuk pengolahan sampah organik. Dr Cindy dan tim dari UI memberikan pembekalan kepada dosen dan taruna AKKP Wakatobi selama dua hari untuk mengenali, membuat dan merakit teknologi alternatif pengolahan sampah organik dan plastik.
Pada hari pertama, peserta belajar mengolah sampah organik dari sumber menggunakan komposter dan Torbi yang menerapkan teknologi Anaerobic Digester (AD). Dengan komposter, sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan dengan teknologi AD, sampah organik diolah menjadi pupuk cair dan biogas sebagai energi bersih pengganti LPG.
Dengan memasukkan sampah organik seberat 3 kg setiap harinya ke dalam reaktor Torbi, secara optimal dapat menghasilkan biogas setara dengan 2 tabung LPG 3 kg. Secara keseluruhan sebanyak 10 unit komposter berhasil dibuat dan 1 unit AD berhasil terpasang.
Pada hari kedua, para peserta mengikuti pelatihan pembuatan ecobrick, yang merupakan salah satu alternatif pengolahan sampah plastik. Ecobrick merupakan botol sampah plastik yang diisi dengan potongan sampah-sampah plastik bekas kemasan sampai padat, baik itu yang lunak seperti kantong kresek ataupun yang kaku seperti kemasan sachet. Para peserta berhasil membuat 20 ecobrick dan kemudian dibuat menjadi modul yang bisa dimanfaatkan, seperti menjadi dekorasi ruangan.
Learning Session merupakan acara puncak dari seluruh rangkaian kegiatan di Wakatobi. Acara secara resmi dibuka oleh Sekretaris Daerah Wakatobi dihadiri oleh Kepala Dinas Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Direktur AKKP Wakatobi, Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah 1 Balai Taman Nasional Wakatobi, Kepala Sekolah dan guru pendamping dari SMP 3 Wangi-Wangi Selatan, SMP-TQ Muadz bin Jabal, SMP 5 Wangi-Wangi, SMP 1 Wangi-Wangi Selatan, dan SMP 1 Wangi-Wangi. 125 siswa SMP dari lima sekolah yang berbeda di daerah Wakatobi menjadi peserta pembelajaran.
Para trainers yang mengikuti ToT memperkenalkan dan memandu para siswa SMP mengikuti enam permainan mengenai pengelolaan sampah yang bertanggung jawab sesuai dengan buku “Sampahku, Tanggung Jawabku”. Keseluruhan enam permainan menjadi suatu kegiatan pembelajaran dengan pendekatan interaktif dan edukatif yang diharapkan mampu menanamkan budaya pengurangan sampah dari sumbernya.
Dekan FTUI, Prof. Heri Hermansyah mengatakan, melalui peran vital para fasilitator lokal, program tersebut diharapkan dapat terus berjalan dan berkembang tidak hanya di antara para siswa SMP tetapi juga jenjang pendidikan lainnya. “Tidak hanya di antara para pelajar tetapi juga elemen masyarakat lainnya, dan tidak hanya di antara di Pulau Wangi-Wangi tetapi seluruh Kabupaten Wakatobi dan sekitarnya,” kata Prof. Heri.
Ia berharap, program tersebut dapat berjalan sukses dan mampu mengatasi permasalahan sampah di Wakatobi sehingga menjadi percontohan bagi pulau-pulau, kabupaten dan kota lainnya untuk memperkenalkan perilaku yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah dengan memprioritaskan pengurangan sampah pada sumbernya.
Kegiatan Samtaku dibuat dengan mengacu pada buku “Sampahku, Tanggung Jawabku” yang dikembangkan bersama oleh UI, Danone, dan YLA dalam rangkaian proyek pembelajaran berbasis pengalaman untuk pengelolaan sampah bertanggung jawab. Kegiatan Samtaku di Wakatobi didukung oleh Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan (AKKP) Wakatobi, Balai Taman Nasional (BTN) Wakatobi, dan Yayasan Kajian Ufuk Indonesia (KUI) dan dilaksanakan pada 21-26 Januari 2022.