Makasar, Gatra.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah tengah berupaya mendorong peningkatan hasil kelapa sawit dalam negeri. Luhut menyabut dengan menggunakan teknologi genomic, hasil kelapa sawit akan meningkat hingga 10 - 12 ton per hektar.
"Kita akan buat itu sebagai pangan, dan clean energy," ujar Luhut dalam Kuliah Umum di Universitas Hasanuddin, Jumat (19/8).
Luhut menerangkan melalui peningkatan produksi minyak sawit sebagai bahan baku energi bersih, RI kedepannya dapat mengurangi impor minyak mentah (crude oil).
"Sehingga kita tidak perlu lagi crude oil dari luar, kalaupun kita harus impor, kita kurangi," ucapnya.
Adapun penggunaan biofuel berupa B40, kata Luhut, akan mulai diuji coba pada Oktober 2022 ini. Bahkan, Luhut mengungkapkan pemerintah juga terus mendorong pengembangan biofuel hingga B50.
Terkait tugas Jokowi kepada Luhut untuk membenahi tata kelola kelapa sawit dalam negeri, Luhut mengaku telah mengungkap fakta-fakta baru. Dia menyebut hasil audit BPKP menemukan ada 4 juta hektar dari 16,3 juta hektar lahan sawit tidak jelas juntrungannya.
"Jadi saya suruh audit oleh BPKP, dari 16,3 juta kelapa sawit ada 4 juta tidak jelas juntrungannya," ungkapnya.
Luhut menilai, dari 4 juta hektar lahan sawit yang tidak jelas itu, sebenarnya negara bisa menerima keuntungan hingga Rp100 triliun setiap tahunnya.
"Kalau 4 juta ini saja kita hemat, mungkin kita akan dapat Rp100 triliun per tahun. Efisiensi menjadi sangat penting," terangnya.
Selain itu, dia berujar, saat ini pihaknya juga tengah menghitung efisiensi yang bisa dihasilkan dengan adanya peralihan kendaraan berbahan bakar fosil ke energi listrik. Baik pada kendaraan roda dua maupun roda empat.
Luhut menekankan, penggunaan energi listrik pada kendaraan dinilai dapat mengurangi subsidi energi yang tahun ini nilainya mencapai Rp502,4 triliun.
"Sedang dihitung, sehingga dengan begitu mengurangi subsidi," imbuhnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor migas RI selama semester I tahun 2022 mencapai US$19,46 miliar atau sekitar Rp291,96 triliun. Nilai tersebut melonjak 68,98 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun pada periode tersebut nilai impor minyak olahan mencapai US$12,01 miliar. Sementara impor minyak mentah (crude oil) mencapai US$4,74 miliar atau 24,33 persen dari total impor migas pada periode tersebut. Nilai impor minyak mentah tersebut naik 26,68 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar US$3,68 miliar.
Lonjakan nilai impor migas Indonesia tak lepas dari naiknya harga minyak mentah dunia sebesar 44,74 persen (yoy) ke level US$114,81/barel pada akhir Juni 2022.