Jakarta, Gatra.com - Indonesia berhasil mencapai swasembada beras, impor beras pun tercatat nihil dalam tiga tahun belakangan. Atas pencapaian tersebut, Rekror IPB, Arif Satria menyampaikan apresiasi dan menyebut hal itu sebagai kado istimewa bagi bangsa Indonesia yang genap berusia 77 tahun.
Menurutnya, Indonesia berhasil memenuhi kebutuhan pangannya sendiri di tengah anacaman pandemi Covid 19 dan juga krisis global lainnya.
"Saya menyampaikan ucapan selamat dan apresiasi yang setinggi-tingginya atas pencapaian Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan beras di masa pandemi covid 19 tanpa impor. Indonesia dipandang sebagai negara yang mampu berswasembada sekaligus memiliki resiliensi ketangguhan menghadapi covid 19. Penghargaan ini menjadi hadiah hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 77," ujar Arif dalam keterangannya, Senin (15/8).
Arif menjelaskan, keberhasilan tersebut berasal dari akumulasi dan kerja keras semua pihak, termasuk upaya jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mengimplementasikan semua arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan produksi selama pandemi.
"Diantaranya pengembangan varietas unggul, intensifikasi dan ekstensifikasi, pemupukan yang lebih baik dan bijak, membangun bendungan, memperbaiki saluran irigasi, memanfaatkan sistem mekanisasi, pemberian kredit usaha rakyat dan pendampingan penguatan kelembaban petani," katanya.
Menurut Arif, semua program tersebut telah meningkatkan produktivitas padi nasional sehingga produktivitas Indonesia berada di nomor 2 tertinggi di Asia Tenggara. Program-program tersebut juga telah menyebabkan ketersediaan beras Indonesia relatif aman dan mencukupi.
"Bahkan data survei stok beras yang dilakukan BPS berada di kisaran 9,7 juta ton hingga 10,2 juta ton pada periode April hingga Juni 2022. Kita berterimakasih kepada para petani yang telah bekerja keras untuk mencapai swasembada ini," katanya.
Meski demikian, kata Arif, Indonesia masih dihadapkan pada banyaknya jumlah penduduk dan tingginya konsumsi beras perkapita selama 5 tahun terakhir. Karena itu, kata dia, Indonesia perlu berkeja lebih keras untuk mengoptimalkan semua laham intensifikasi, ekstensifikasi maupun program diversifikasi pangan berbasis bahan pangan lokal.
"Kita harus produktifkan lagi pertanian di lahan marginal seperti lahan rawa lahan eks tambang, lahan pasang surut dan lahan dengan salinitas tinggi. Semua perlu dicarikan terobosan teknologi yang lebih visible," katanya.
Selain itu, Arif menjelaskan tentang perlunya menekan laju konversi lahan sawah produktif sebagai bagian dari upaya peningkatan ketersediaan pangan nasional. Kemudian diperlukan juga upaya penurunan food loss and food waste untuk mencapai pertanian yang presisi.
"Kita perlu menekan food lose yang saat ini mencapai kurang lebih 9 - 11 persen. Kita juga harus bisa merubah perilaku konsumen untuk bisa menekan yang saat ini kontribusinya hingga sampai 9 persen," tegasnya.