Singapura, Gatra.com - Sebanyak 35 orang di China telah terinfeksi virus baru yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Menurut laporan para peneliti di China, Singapura dan Selandia Baru sebagaimana dikutip Channelnewsasia, Rabu (10/8).
Langya henipavirus (LayV) ditemukan selama dalam pengawasan baru-baru ini terhadap orang-orang dengan gejala demam yang memiliki riwayat jajanan hewan baru-baru ini di Cina timur.
Korespondensi yang diterbitkan di New England Journal of Medicine pada 4 Agustus mengatakan virus itu pertama kali diidentifikasi dalam sampel usap tenggorokan dari satu pasien.
Investigasi selanjutnya mengidentifikasi 35 pasien dengan "infeksi LayV akut" di provinsi Shandong dan Henan.
Dua puluh enam dari pasien ini ditemukan hanya terinfeksi virus henipa Langya, dan mengalami gejala seperti demam, kelelahan, batuk, sakit kepala, mual, muntah, dan nyeri otot. Kebanyakan dari mereka adalah petani.
Setelah survei hewan kecil liar, para peneliti mengatakan bahwa virus itu "terutama terdeteksi" pada tikus. Sebuah temuan yang menunjukkan bahwa hewan itu mungkin "reservoir alami" virus.
Sejauh ini belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia.
"Tidak ada kontak dekat atau riwayat paparan umum di antara pasien, yang menunjukkan bahwa infeksi pada populasi manusia mungkin sporadis," kata para peneliti. Ditambahkan bahwa ukuran sampel terlalu kecil untuk menentukan status penularan dari manusia ke manusia.
The Guardian melaporkan bahwa Langya henipavirus pertama kali terdeteksi pada akhir 2018 di Shandong dan Henan. Dan Itu hanya secara resmi diidentifikasi oleh para ilmuwan minggu lalu.
Milik genus henipavirus, virus lain di bawah ‘keluarga yang sama’ termasuk virus Hendra dan virus Nipah. Virus ini diketahui menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit fatal.
Virus Nipah dibawa terutama oleh beberapa jenis kelelawar buah, dan babi. Ini juga dapat ditularkan langsung dari orang ke orang serta melalui buah yang terkontaminasi.
Menurut media pemerintah China Global Times, kasus Langya henipavirus sejauh ini belum berakibat fatal atau sangat serius.
Mengutip Profesor Wang Linfa dari Emerging Infectious Diseases Program di Duke-NUS Medical School di Singapura, yang terlibat dalam penelitian tersebut, laporan tersebut mengatakan bahwa kejadian ini tidak perlu panik.
Namun, Prof Wang menambahkan bahwa masih ada alasan untuk waspada karena banyak virus yang ada di alam memiliki hasil yang tidak terduga, ketika menginfeksi manusia.