Jakarta, Gatra.com – Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan (Zulhas), menyatakan bahwa harga mi instan tidak akan naik tiga kali lipat seperti yang belakangan ramai diberitakan. Dia menjelaskan, panen di negara penghasil gandum dunia, seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia cukup sukses.
"Enggak, dulu kan gagal panennya di Australia, Kanada dan Amerika ya. Sekarang panennya sukses," ungkap Mendag Zulhas kepada wartawan usai Launching Ceremony Trade Expo Indonesia (TEI) ke-37 di Jakarta, Rabu (10/8).
Selain itu, Mendag Zulhas juga mengatakan, saat ini Ukraina telah mulai mengekspor gandumnya setelah hampir enam bulan tertahan akibat invasi Rusia sejak 24 Februari 2022 lalu.
Dia pun menyebut, kemungkinan harga gandum akan mulai mengalami tren menurun memasuki bulan September 2022. "Apalagi sekarang Ukraina sudah mulai jual, mungkin September trennya akan turun," ucapnya.
Baca Juga: Mentan Sebut Harga Mi Instan Bakal Naik 3 Kali Lipat, Ini Penyebabnya
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyebut kemungkinan harga mi instan akan naik hingga tiga kali lipat sebagai dampak perang Rusia dan Ukraina.
SYL mengatakan, kelangkaan pasokan gandum global salah satunya karena Rusia masih menyimpan 181 juta ton gandum di negaranya.
"Hati-hati yang makan mie dari gandum, besok harganya tiga kali lipat," kata SYL dalam webinar Ditjen Tanaman Pangan, Senin (8/8) lalu.
Pada awal Juli lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah mewanti-wanti kenaikan harga roti dan mi sebagai efek domino dari perang Rusia-Ukraina.
"Kita impor gandum gede banget, ini hati-hati yang suka makan roti, makan mi. Bisa harganya naik," kata Jokowi dalam acara Puncak Hari Keluarga Nasional ke-29 di Medan, pada Kamis (7/7) lalu.
Berdasarkan data Tradingeconomics, harga gandum dunia pada Rabu (10/8) pukul 15.02 sebesar US$ 786.97 per gantang. Harga tersebut naik 8,04 persen dibandingkan tahun lalu.
Baca Juga: Upaya Kementan Tangkis Krisis Gandum Global
Sementara itu, data BPS mencatat sepanjang Januari–Mei 2022, impor gandum dan meslin Indonesia telah mencapai 4,36 juta ton dengan nilai US$ 1,6 miliar. Adapun impor gandum terbesar berasal dari Australia mencapai 1,57 juta ton atau 36 persen dari total impor selama 5 bulan pertama tahun 2022.
Negara asal impor gandum Indonesia lainnya yaitu Argentina dengan volume 1,41 juta ton, Kanada 572,6 ribu ton, Brasil 594,26 ribu ton, India 115,86 ribu ton, dan negara lainnya sebesar 98,15 ribu ton.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, sebelumnya juga mengungkapkan ancaman pasokan gandum global juga muncul karena beberapa negara pengekspor gandum seperti India, Kazakhstan, Serbia, dan Ukraina menutup keran ekspor gandum untuk mengamankan pasokan pangan domestiknya.
"Kami monitor ada 9 negara melakukan pelarangan ekspor gandum, dengan demikian kita harus kembangkan tanaman pengganti dari gandum," ungkap Airlangga beberapa waktu lalu.