Jakarta, Gatra.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut penanganan pandemi Covid-19 yang berbeda dilakukan Indonesia, telah membawa pertumbuhan ekonomi tetap tumbuh positif selama 2,5 tahun terakhir.
Menurut Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) tersebut, strategi Presiden menerapkan 'gas' dan 'rem' dalam penanganan Covid-19 berhasil membuat Indonesia kokoh menghadapi krisis global Five C, meliputi Covid-19; Conflict Ukraina-Rusia dan Cina-Taiwan (perang geopolitik); Climate Change (perubahan iklim), Commodity Price (lonjakan harga komoditas), dan Cost Living (inflasi).
"Kita harus bersiap namun, tadi pagi diumumkan oleh BPS pertumbuhan ekonomi kita extraordinary 5,44 persen. Mengapa kita demikian? Karena kita menangani covid dengan jalur yang berbeda. Arahan presiden gas dan rem," ungkap Airlangga dalam HUT ke-10 Forum Pemred di Jakarta dikutip secara daring, Jumat (5/8).
Ia jelaskan, strategi gas dan rem yang dimaksud yaitu pemerintah mendorong pertumbuhan industri dan ekspor kala konsumsi merosot selama pandemi Covid-19.
Sebab, kata Airlangga, RI mendukung perdagangan multilateralisme sehingga mampu mencetak rekor surplus perdagangan di bulan Juni 2022 mencapai 5 miliar dolar AS atau sekitar Rp74,4 triliun (kurs Rp14.890).
Adapun total anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk menangani pandemi Covid-19, sebut Airlangga mencapai Rp1.700 triliun.
"Ini sebuah angka yang tidak main-main," ucapnya.
Airlangga menyebut game changer Indonesia dalam menghadapi Covid-19 adalah digitalisasi. Menurutnya, talenta sumber daya manusia (SDM) dalam hal digitalisasi selama penanganan Covid-19 sudah mumpuni.
Dia menekankan, bonus demografi yang dimiliki Indonesia sekitar 191 juta penduduk ditargetkan akan produktif di tahun 2025 hingga 2035.
"Tidak ada waktu lagi, kalau kita ketinggalan kereta kita tidak menjadi sejahtera sebelum kita tua. Karena itulah bonus demografi menjadi penting," kata Airlangga.