Karanganyar, Gatra.com – Plus minus Citayam Fashion Week memantik komentar para desainer busana dan pengamat fashion asal Solo, Jawa Tengah (Jateng). Di satu sisi, perhelatan fesyen di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat, itu mewadahi kreativitas kaum milenial. Namun sisi lainnya, nilai seni terkaburkan dengan ajang pamer outfit.
Dosen Prodi Batik Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Thea Adjeng, mengapresiasi keberanian muda mudi memunculkan trend baru berbusana melalui ajang Citayam Fashion Week.
Pada fesyen show di atas zebra cross itu, jamak dipamerkan busana kekinian anak muda. Perpaduan berbagai outfit dinilai selaras dengan ekspresi muda-mudi. Bahkan yang terkesan nyeleneh bisa dimaklumi.
Layaknya Paris Fashion Week yang terkenal, para 'model' berlenggak-lenggok mengenakan busana khasnya sambil menyeberangi jalan.
Bedanya, para 'model' yang meramaikan Citayam Fashion Week adalah remaja dari Depok, Citayam, dan Bojonggede, daerah penyangga Jakarta.
Thea Adjeng mengatakan, dampak negatif Fashion Week Citayam adalah pro kontra yang meramaikan jagat dunia maya. Kemudian, perhelatan itu jadi ajang pamer outfit.
"Dari yang saya amati, outfit-nya ada yang mahal-mahal. Jadi ajang pamer pakaian mahal. Terutama buat mainan anak-anak kaya. Bukan malah menunjukkan nilai seni dan kualitasnya," kata dia kepada Gatra.com, Jumat (29/7).
Sedangkan Fashion Designer, Dewi Anjani, menyebut Citayam Fashion Week memberi ruang berkreasi bagi mereka tanpa kekangan. Fashion anak-anak nongkrong ternyata bisa diterima komunitasnya maupun luar komunitas.
"Menumbuhkan percaya diri. Memberi contoh bahwa selera fashion tiap orang berbeda-beda," katanya.
Namun, ia juga miris dengan risiko para peraga di kawasan rawan kecelakaan lalu lintas. Kemacetan yang ditimbulkannya juga luar biasa. Apalagi, tanpa didukung pemerintah setempat. Ia justru mengusulkan, baiknya ajang seperti itu menggandeng pemerintah. "Pasti akan diberi ruang yang aman dan representiatif," katanya.
Ia mengusulkan car free day bisa digunakan untuk ruang mengaktualisasi diri dalam berbusana. Menurutnya, jika ajang seperti itu dihelat di Karanganyar, sebaiknya menggandeng UMKM, seperti contohnya, batik Girilayu menyediakan busana batik untuk di peragaan, atau makanan khas Karanganyar untuk dibuatkan vlog pada saat berlangsungnya acara tersebut.
"Saya rasa apabila Karanganyar mengadakan seperti ini, merupakan hal yang baik karena bisa mengangkat dari segi UMKM dan sumber daya manusianya," kata dia.