Kiev, Gatra.com - Pasukan Rusia telah mengambil alih pembangkit listrik terbesar kedua di Ukraina. Seorang penasihat Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada hari Rabu, menyusul klaim sebelumnya oleh pasukan yang didukung Rusia, telah merebutnya secara utuh.
Merebut pembangkit listrik tenaga batu bara Vuhlehirsk era Soviet di timur Ukraina akan menjadi keuntungan strategis pertama Moskow dalam lebih dari tiga minggu dalam apa yang disebutnya "operasi khusus" untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" tetangganya.
"Mereka mencapai keuntungan taktis kecil - mereka merebut Vuhlehirsk," kata penasihat Oleksiy Arestovych, dalam sebuah wawancara yang diposting di YouTube.
“Rusia sedang melakukan penempatan kembali secara besar-besaran pasukan ke tiga wilayah selatan,” kata Arestovych, dikutip Reuters, Kamis (28/7).
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, mengatakan pada hari Rabu bahwa ia merencanakan percakapan telepon dengan menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov - yang pertama antara kedua diplomat sejak sebelum dimulainya perang.
“Panggilan telepon itu tidak akan menjadi sebuah negosiasi tentang Ukraina," kata Blinken pada konferensi pers. Ia menegaskan kembali posisi Washington bahwa setiap pembicaraan jika ingin mengakhiri perang, harus melibatkan antara Kyiv dan Moskow.
“Rusia belum menerima permintaan resmi dari Washington tentang keinginan panggilan telepon antara Blinken dan Lavrov,” kantor berita TASS melaporkan.
“AS telah membuat tawaran substansial ke Rusia untuk membebaskan warga negara AS, pemain basket WNBA Brittney Griner dan mantan Marinir AS Paul Whelan,” kata Blinken, tanpa memberikan alasan.
Selain membahas orang Amerika yang ditahan oleh Rusia, Blinken mengatakan dia akan membicarakan dengan Lavrov kesepakatan tentatif tentang ekspor biji-bijian yang dicapai minggu lalu antara Rusia, AS, Turki, dan Ukraina.
Naiknya harga energi dan kelangkaan gandum global yang mengancam jutaan orang di negara-negara miskin dengan kelaparan, adalah salah satu dampak perang yang luas.