Merangin, Gatra.com - Sudah lebih dari tiga bulan harga buah sawit turun drastis, bahkan terjun bebas hingga pecah seribu. Hal ini sangat membebani masyarakat petani sawit khususnya.
Seperti yang dirasakan oleh Umartono (40) petani sawit yang tinggal di desa Lantak Seribu kecamatan Renah Pamenang Kabupaten Merangin, Jambi. Dirinya mengaku sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Betapa tidak, di tengah himpitan ekonomi yang makin berat, harga sembako naik tetapi tidak berimbang dengan hasil kebun sawit yang selama ini menopang ekonomi keluarganya.
"Bagaimana tidak mengeluh, disaat harga sembako yang makin naik, harga sawit malah turun dan pecah dari seribu perkilonya, Bagaimana mau mencukupi kebutuhan keluarga saya,Untuk satu Kao panen saja belum terbayar untuk beli pupuk dan tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan dapur keluarga saya," ungkap Umartono, Minggu (24/7).
Diakuinya kebun sawit yang hanya satu kapling, sudah susah untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya yang sekolah di salah satu SMAN di Merangin.
"Biaya anak sekolah tidak bisa kita undur lagi. Kalau seperti ini kami bakal tidak mampu lagi mengandalkan hasil kebun sawit, Sementara peluang usaha di situasi harga sawit jatuh juga jadi sangat sulit untuk beralih pekerjaan," ujarnya lagi .
Sementara itu Ijal salah satu pedagang sayuran keliling juga mengeluhkan sepinya pembeli. Banyak ibu-ibu lebih memilih tidak membeli sayuran keliling dan banyak memilih mencari sayuran di kebunnya.
"Biasanya setiap hari saya berjualan sayuran dan aneka ikan bisa habis, tetapi jatuhnya harga sawit menjadi salah satu penyebab kurangnya daya beli masyarakat, otomatis penjualan juga makin menurun," ucap Ijal.
Dirinya sangat berharap agar harga sawit bisa kembali stabil dan daya beli masyarakat kembali normal sehingga perekonomian bisa menjadi lebih baik lagi.
"Moga saja harga sawit bisa kembali naik, pemilik kebun sawit bisa semangat berkebunnya kami pedagang juga bisa ramai pembelinya," ujarnya singkat.