Kolombo, Gatra.com - Politisi veteran yang juga penjabat Presiden Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe dilantik sebagai presiden baru pada Kamis, (21/7).
Pelantikan ini dilakukan sehari setelah memenangkan pemungutan suara di parlemen, dan mendesak negara kepulauan itu untuk bersama-sama mencari jalan keluar dari krisis ekonomi terburuknya dalam beberapa dasawarsa terakhir.
Perdana menteri enam kali itu menggantikan Gotabaya Rajapaksa yang melarikan diri dari Sri Lanka dan mengundurkan diri dari jabatannya pekan lalu, pasca protes massal atas penanganannya terhadap ekonomi.
Upacara pengambilan sumpah dilakukan di parlemen, dan dipimpin hakim agung negara itu.
Negara berpenduduk 22 juta jiwa itu telah dilumpuhkan akibat krisis keuangan, dengan kekurangan mata uang asing yang menyebabkan kekurangan kebutuhan pokok termasuk bahan bakar, makanan dan obat-obatan.
“Sri Lanka mendapatkan pasokan diesel baru selama akhir pekan, dan distributor utama yang dikelola negara, Ceylon Petroleum Corporation, akan memulai kembali penjualan di bawah sistem penjatahan baru mulai Kamis dan seterusnya,” kata kementerian tenaga dan energi.
Gerakan protes yang mendorong Rajapaksa - presiden Sri Lanka pertama yang mundur - sebagian besar tetap diam, meskipun Wickremesinghe dinilai tidak populer.
Hanya beberapa orang yang hadir di luar sekretariat presiden pada hari Kamis. Sebelumnya, bangunan era kolonial itu diserbu pengunjuk rasa awal bulan ini bersama dengan kediaman resmi presiden dan perdana menteri.
Beberapa diantara mereka bersumpah untuk terus berjuang melawan Wickremesinghe.
“Kami tidak akan menyerah karena yang dibutuhkan negara ini adalah perubahan sistem secara total,” kata Pratibha Fernando, seorang pengunjuk rasa di sekretariat.
“Kami ingin menyingkirkan politisi korup ini, jadi itulah yang kami lakukan,” tambahnya, dikutip Reuters, Kamis (21/7).
Beberapa jam setelah memenangkan pemungutan suara parlemen pada hari Rabu, Wickremesinghe tampak menjauhkan diri dari keluarga Rajapaksa yang berkuasa --yang telah mendominasi politik di Sri Lanka selama beberapa dekade.
“Saya bukan teman Rajapaksa. Saya adalah teman orang-orang,” katanya kepada wartawan, setelah berdoa di sebuah kuil Buddha di ibukota komersial Kolombo.
Wickremesinghe, yang sebelumnya menjabat sebagai perdana menteri dan menteri keuangan di bawah Rajapaksa, telah terlibat dalam negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket bail out senilai hingga US$3 miliar.
Sri Lanka juga mencari bantuan dari negara tetangga India, Cina dan mitra internasional lainnya.