Bengkulu, Gatra.com - Kalau saja tanki timbun Crude Palm Oil (CPO) sudah ada berjejer di Pelabuhan Baai di kawasan Kampung Melayu Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu itu, dipastikan semua Crude Palm Oil (CPO) hasil produksi sekitar 350 ribu hektar kebun kelapa sawit di 'Bumi Raflesia' itu, hanya akan mengalir dari sana.
Proses pengisian dari tanki timbun hingga pengangkutan oleh kapal berkapasitas 3000 ton pun tak akan butuh waktu lama, hanya sekitar 10 jam plus pengurusan administrasi.
Itu jika saat pengisian ke kapal, menggunakan pompa berkekuatan 250 ton perjam. Kalau lebih besar lagi, otomatis waktu pengisian akan lebih singkat.
"Dengan kondisi seperti itu, praktis, kita akan hemat waktu dan biaya. Proses pembayaran dari buyer pun akan cepat, seminggu duit sudah cair," kata Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Bengkulu, John Irwansyah Siregar kepada Gatra.com, kemarin.
Dan lagi-lagi, kalau tanki timbun sudah ada, otomatis mobilisasi CPO dari 32 PKS yang ada di 6 kabupaten penghasil sawit di Provinsi Bengkulu, akan semakin lancar dan tidak mengganggu orang-orang yang juga butuh fasilitas di Pelabuhan Pulau Baai itu.
Artinya, PKS tak harus menunggu angkutan CPO yang banyak baru berangkat ke Pulau Baai. Cuma ada 100 ton pun sudah bisa berangkat lantaran di pelabuhan sudah ada tanki timbun yang menunggu.
"Pelabuhan Pulau Baai itu kan pelabuhan umum, semua ada di situ. Batubara, semen, sembako dan lainnya. Kadang kita yang terganggu, bisa pula yang lain yang terganggu," ujarnya.
Sah-sah saja terjadi hal semacam itu. Sebab lantaran tak ada tanki timbun, truk-truk CPO yang datang dari mana-mana, akan mengular di sana, menunggu jadwal mengeluarkan CPO ke kapal yang menunggu.
"Ada sekitar 156 truk CPO yang datang ke pelabuhan ini. Bayangkan saja berapa panjangnya. Dan yang seperti itu akan terjadi dua kali dalam sehari. Sebab truk-truk itu bisa dua trip sehari," Deputi General Manajer PT Pelindo II Cabang Bengkulu Cecep Taswandi cerita kepada Gatra.com di ruang kerjanya, tiga hari lalu.
Nah, lantaran mengular seperti itu, untuk mengisi kapal berkapasitas 2000 ton saja, butuh waktu 4 hari. Ini berarti, kapal akan membutuhkan waktu 6-8 hari di pelabuhan.
"Biaya kapal akan membengkak. Urusan pembayaran dari buyer pun akan lama. Bayangkan sajalah. Kalau di Bengkulu saja sudah seminggu, di perjalanan 4 hari, berarti butuh waktu dua pekan baru kami dapat bayaran," John menarik napas panjang.
Memang, kalau tanki timbun sudah ada di pelabuhan, akan ada penambahan biaya; sewa tanki timbun. Tapi kalau biaya itu dikonversi dengan kecepatan delivery serta keamanan, masih jauh lebih untung.
Belakangan John malah makin gusar. Sebab kabarnya peraturan Over Dimensi Over Load (ODOL) sudah akan berlaku di Bengkulu. Kalau aturan ini sudah benar-benar berlaku, maka truk yang selama ini berkapasitas 15-22 ton, akan dipancung menjadi hanya berkapasitas 8 ton.
Keadaan ini dpastikan akan membikin proses pengangkutan CPO semakin lama memenuhi permintaan kapasitas angkut kapal.
Gara-gara tak ada tanki timbun tadi jugalah kata ayah tiga anak ini, dari 1,4 juta ton produksi CPO Bengkulu dalam setahun, hanya sekitar 350 ribu ton yang keluar lewat Pulau Baai. Sisanya dibawa ke Pelabuhan Teluk Bayur di Sumatera Barat atau ke Pelabuhan Panjang di Lampung.
Keadaan semacam ini jelas merugikan Pemerintah Provinsi Bengkulu. Sebab duit yang menjadi hak daerah, tak sepenuhnya bisa dinikmati. Kalau dari hitung-hitungan tadi, Sumbar dan Lampung lebih banyak menikmati.
Oleh semua cerita tadilah makanya John berharap pemerintah, otoritas pelabuhan dan GAPKI Bengkulu segera bergandeng tangan untuk mewujudkan nongolnya tanki timbun tadi.
Sebab dengan adanya tanki timbun ini, akan jadi pemantik untuk membikin jalur kapal yang bisa di jejali oleh kapal-kapal besar berbobot 10 ribu MT. "Kalau sudah seperti ini, enggak menutup kemungkinan kami bisa langsung expor dari Pulau Baai," John optimis.
Pelindo sendiri kata Cecep sangat mendukung keinginan GAPKI itu. Bahkan untuk membikin dermaga saja kata Cecep, pihaknya sudah siap. "Dan sebenarnya kita sudah pernah membikin MoU terkait tanki timbun itu bersama GAPKI," katanya.
John sendiri sebenarnya tak menampik kalau MoU itu sudah ada. Hanya saja memang, pelaksanaan dari MoU itu yang sampai sekarang belum ada.
Abdul Aziz