Berlin, Gatra.com - Suplai gas alam Rusia ke Jerman lewat piap Nord Stream 1 akan berhenti 10 hari ke depan untuk keperluan pemeliharaan yang rutin dilakukan setahun sekali.
Namun, pemerintah Jerman dan juga beberapa negara Eroa, seakan “pasrah” bahwa kali ini, bisa jadi bukanlah pemeliharaan rutin seperti biasa. Kali ini, sedang terjadi perang Rusia-Ukraina, atau lebih tepatnya Rusia versus negara-negara Barat.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck sudah mewanti-wanti negara Uni Eropa untuk mempersiapkan diri bahwa matinya suplai gas alam dari Rusia ini tidak hanya untuk 10 hari, tapi bisa lebih dari itu. Ia menyatakan bahwa Rusia telah menggunakan perkara suplai gas ini sebagai “senjata” untuk membalas sanksi keras yang diterapkan Barat terhadap Rusia.
Habeck mengakui ketergantungan Jerman akan gas dari Rusia. “Ini adalah sebuah kesalahan politik yang kita bisa lihat (akibatnya) saat ini, kita akan mencoba memperbaikinya secepat mungkin,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa 2 termial apung untuk pengiriman LNG akan siap pada akhir tahun 2022 ini.
Pemeliharaan pipa gas sebenarnya adalah hal yang lumrah dilakukan pada musim panas, dikala permintaan akan kebutuhan gas sdang rendah.
Efek pemadaman ini juga dirasakan oleh Italia, dimana grup perusahaan energi Italia, Eni memenyebutkan menerima kurang dari sepertiga gas dari Gazprom pada Senin ini, dibandingkan dengan volume rata-rata yang diterma beberapa hari sebelumnya,
Rusia telah memotong suplai gas ke Polandia, Bulgaria, Belanda, Denmark dan Finlandia akibat penolakan negara-negara tersebut atas kebijakan pembayaran yang diterapkan oleh Rusia.
Austria dan Republik Ceko juga mendapatkan aliran gas lewat Nord Stream 1, namun ada juga yang dialirkan lewat pipa Ukraina.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Jerman telah mengurangi ketergantungan gas Rusia dari 55% hingga 35% dan ingin berhenti total menggunakan gas Rusia.