Wonogiri, Gatra.com– PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) telah menjalankan program kemitraan
dengan petani tembakau bertajuk “Sistem Produksi Terpadu” selama lebih dari satu dekade. Program
yang dijalankan melalui perusahaan pemasok tembakau ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
tembakau dan kesejahteraan petani.
Pada tahun 2021, sebanyak lebih dari 21.000 petani tembakau yang tersebar di sejumlah sentra pertanian tembakau di pulau Jawa dan provinsi Nusa Tenggara Barat telah menerima manfaat program kemitraan.
Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan, Kemenko Perekonomian, Moch. Edy Yusuf,
mewakili Deputi II Pangan dan Agribisnis menyatakan dukungannya dan turut mengajak pihak swasta
untuk melaksanakan praktik kemitraan karena dinilai mampu mendorong lompatan kemajuan. Ia
menekankan bahwa kesejahteraan petani bisa meningkat jika semua pihak mau berkolaborasi.
“Untuk itu dibutuhkan peran aktif dari pemerintah untuk mendukung beragam aspek terkait pertanian
tembakau, mulai dari infrastruktur, sarana dan prasarana pertanian, hingga pendampingan," kata Edy pada kegiatan tanam raya tembakau di lahan petani mitra binaan di Wonogiri, Jawa Tengah, Kamis (7/7).
Edy menyebut bahwa sangat dibutuhkan dukungan kementerian teknis dalam memitigasi adanya siklus musim yang seringkali berdampak terhadap hasil tanam para petani, termasuk petani tembakau. "Apalagi komoditas ini menjadi harapan petani karena memiliki nilai ekonomi yang baik,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Kementerian Pertanian, Ardi Praptono, yang
dalam kesempatan ini mewakili Direktur Jenderal Perkebunan turut menyampaikan apresiasinya atas
konsistensi Sampoerna dalam menjalankan program kemitraan. “Kementerian Pertanian mengapresiasi komitmen Sampoerna dalam mengupayakan program kemitraan bersama petani tembakau sejak tahun 2009," katanya.
Menurut dia, sinergi yang dibangun dari pola kemitraan ini menjadi jaminan bagi petani akan serapan hasil panen serta pembelian dengan harga yang stabil. Sehingga menghindarkan petani akan ketidakpastian akibat rantai penjualan yang berlapis tanpa kemitraan.
Program kemitraan dengan petani tembakau yang dijalankan Sampoerna diwujudkan melalui pendampingan, bimbingan teknis, akses yang mudah terhadap permodalan serta prasarana produksi pertanian, hingga jaminan pembelian bagi petani sesuai dengan kesepakatan.
Kepala Urusan Eksternal Sampoerna, Ervin Pakpahan sangat mengapresiasi dukungan dari Kemenko Perekonomian dan Kementerian Pertanian terhadap
program kemitraan. "Kita semua mengupayakan hal yang sama, yaitu mendorong kemajuan pertanian
tembakau di Indonesia," jelasnya.
Menurut dia, Sampoerna percaya bahwa program kemitraan dapat menjadi solusi bersama untuk memastikan kesejahteraan petani dan menciptakan rantai pasok pertanian tembakau yang berkelanjutan di Indonesia. Di Wonogiri, program kemitraan Sampoerna dilaksanakan melalui perusahaan pemasok tembakau, PT Sadhana Arifnusa, yang secara konsisten memberikan bimbingan bagi para petani mitra.
Selain Wonogiri, program tersebut juga dijalankan di sejumlah sentra penghasil tembakau di pulau Jawa,
seperti Rembang, Jember, dan Bondowoso. Tanpa program kemitraan, rantai perdagangan tembakau yang panjang melalui sejumlah tengkulak berpotensi mengurangi keuntungan petani secara signifikan.
Ketua DPD APTI Jawa tengah, Koordinator bidang kerjasama antar lembaga DPN APTI, Hafidz BR mendukung program kemitraan yang dilakukan pihak swasta seperti Sampoerna dan mengapresiasi peran
pemerintah yang sangat memperhatikan petani tembakau. "Selain memotong rantai pasok yang panjang, kemitraan juga mendorong peningkatan kualitas tembakau lewat bimbingan dan pelatihan,” ujarnya.
Ardi mendorong para petani untuk bergabung dengan program kemitraan. “Dengan bergabung menjadi mitra, petani akan mendapatkan manfaat dan keuntungan yang lebih. Jaminan serapan, pembelian, ditambah lagi adanya inisiatif untuk meningkatkan ekonomi keluarga petani,” tambahnya.
Ia juga menyatakan Kementerian Pertanian menyatakan akan terus berupaya membina pelaku usaha perkebunan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas komoditas perkebunan termasuk tembakau yang bermutu baik dan semakin berdaya saing di pasar global.
Selain pendampingan proses budidaya, para petani binaan juga menerima berbagai pelatihan guna mengurangi dampak terhadap lingkungan dan menciptakan kondisi bekerja yang aman dan berkeadilan.