Jakarta, Gatra.com - Cemas dan stres tidak hanya dialami oleh orang dewasa. Kedua hal itu, dalam konteksnya di dunia kerja, bahkan lebih mempengaruhi anak muda, terutama yang termasuk dalam generasi Milenial dan Gen-Z. Survei dari Alvara Research Center baru-baru ini menemukan bahwa banyak dari respondennya yang termasuk dalam Gen Z dan Milenial mudah mengalami cemas dan stres dibandingkan senior mereka, Gen X.
Menurut survei tersebut, terdapat 40 persen dari responden Gen Z merasa cukup cemas, 23,3 persen merasa cemas, dan 5,0 persen merasa sangat cemas. Angka tersebut sebenarnya hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan dari genarasi senior mereka di mana 38,8 persen responden dari generasi Milenial mengaku cukup cemas, 23,5 mengaku cemas, dan 4,6 persen mengaku sangat cemas.
Angka dari Gen X sendiri lebih kecil dibandingkan dua generasi itu. Sebanyak 31,5 persen responden Gen X mengaku cukup cemas, 21,3 persen mengaku cemas, dan 2,8 persen mengaku cemas. Dalam laporan penelitiannya, perbandingan angka antara Gen X dengan dua generasi sebelumnya adalah karena Gen X lebih memiliki mental yang teruji. “Karena memang sudah memiliki banyak pengalaman dalam menghadapi tekanan,” tulis peneliti dalam laporan yang dapat diunduh di laman resmi Alvara.
Studi yang dilakukan oleh Alvara menggunakan pendekatan riset kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka dari 20 hingga 31 Maret 2022. Sebanyak 1529 responden dari 34 Provinsi telah berpartisipasi dalam survei ini. Responden survei berasal dari tiga generasi dan menggunakan metode sampling multistage random sampling dengan rumah tangga sebagai unit terkecil.
Selain menemukan fakta di atas, temuan utama dari survei Alvara ini juga meliputi pemberian karakteristik unik pada Gen Z. Mereka menyebutnya sebagai “Enam Perilaku Gen Z Indonesia”. Menurut laporan riset, enam perilaku itu meliputi Gen Z merupakan generasi internetholic atau generasi yang sudah bermain internet sejak dini, curiosity dan tech-savvy sebagai kunci sukses, dan peduli isu-isu global seperti sosial dan lingkungan.
Generasi Z juga merupakan insan dengan pola komunikasi yang mengedepankan visual ketimbang narasi. Mereka juga merupakan konsumen yang kritis, lebih mengedepankan hal-hal emosional dibandingkan fungsi. Terakhir, mereka memiliki preferensi produk lebih berdasarkan tren dibandingkan dengan potongan harga.
Cemas dan stres, sampai batas tertentu, merupakan hal wajar yang akan dihadapi oleh semua manusia. Dalam ilmu psikologi, stres secara umum dapat merujuk kepada dua hal: persepsi psikologis terkait tekanan, dan juga respon tubuh kepada tekanan di lain sisi, yang meliputi banyak sistem, dari metabolisme hingga memori.
Dilansir dari laman Psychology Today, beberapa jenis stres dibutuhkan dalam kehidupan. Maksudnya, beberapa jenis stres seperti ini dalam sejarahnya adalah stres yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dalam proses evolusi. Saat kita menemui bahaya, persepsi kita akan bahaya itu memicu sistem respon otomatis yang biasa dikenal sebagai respon fight or flight (hadapi atau kabur) yang diaktifkan melalui sistem hormonal.
Namun demikian, stress dan kecemasan dapat memicu hal-hal yang lebih serius dan tidak bisa diremehkan. Jika Anda atau orang yang Anda kenal sedang mengalami gejala kecemasan atau stres yang sampai mengganggu hari-hari Anda, segera hubungi dan meminta bantuan profesional.