Karanganyar, Gatra.com - Para pemilik sapi yang menolak vaksinasi penyakit mulut dan kuku (PMK) pada momen menjelang Iduladha dinilai wajar. Sebab, sebagian kasus pada sapi sehat justru menimbulkan gejala pascainunisasi saat hendak dikurbankan.
"Sapi yang akan dikurbankan besok, enggak masalah tanpa vaksin. Asal awalnya sehat dulu. Prioritas pemberian vaksin PMK pada sapi-sapi lainnya," kata Bupati Karanganyar, Juliyatmono saat launching vaksin PMK di kandang komunal Ngudi Rezeki Kelurahan Popongan Karanganyar, Jumat (1/7).
Di kandang komunal itu terdapat 48 ekor sapi. Namun hanya 40 sapi yang divaksin. Sedangkan delapan ekor lainnya tak diperbolehkan divaksin oleh pemiliknya. Alasannya, sudah laku terjual untuk hewan kurban. Juliyatmono mengatakan vaksinasi PMK sapi merupakan program pemerintah untuk memutus rantai penularan virus tersebut.
Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Karanganyar, Siti Maesyaroch mengatakan ia menerima 3.000 dosis vaksin PMK dari pemprov Jateng.
"Dimulai penyuntikannya kemarin, sudah habis 500 dosis," katanya.
Ia tak merasa khawatir vaksinnya muspra (tidak berguna-red), meski memasuki kedaluwarsa pada 2 Juli besok. Sebab, satgasnya bergerak cepat. Ia memiliki enam dokter hewan dengan bantuan para paramedis yang mengkaver kegiatan di 17 kecamatan. Tercatat, 300 sapi terjangkit PMK di Karanganyar. Sekitar 75 diantaranya sudah sembuh dan lima tewas.
"Yang mati itu lima. Dua karena lehernya terjerat dan 3 anak sapi yang mati kekurangan nutrisi. Semuanya ikut terdata kena PMK," katanya.
Ia meminta peternak jangan panik menghadapi PMK. Penyakit pada sapi itu bisa disembuhkan.