Jakarta, Gatra.com – Ambassador World Union of Small and Medium Enterprises (WUSME), Dr. Ary Zulfikar, mengatakan, dunia melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melatakkan harapan pada seluruh pelaku UMKM untuk terus bertahan dan membantu pembangunan dunia.
Ary di Jakarta, Rabu (29/6), menyampaikan, pengakuan dunia tersebut tercermin dalam Hari UMKM Internasional pada (27/6) bertajuk “Resilience and Building: MSMEs For Sustainable and Development”.
“UMKM diakui oleh PBB menyumbang 90% bisnis di dunia dan 60% hingga 70% lapangan kerja anggota dibuka oleh UMKM,” ujar pria yang karib disapa Kang Azoo itu.
Menurutnya, tema Hari UMKM tahun ini masih fokus pada pemulihan UMKM secara inklusif dan berkelanjutan pascapandemi Covid-19. “Peran UMKM terus didorong bisa berkelanjutan, selain dampak pascapandemi juga tentang krisis iklim dan politik,” ujarnya.
Pria yang juga mendapuk ketua umum (Ketum) Perkumpulan Bumi Alumni (PBA) tersebut melanjutkan, pengakuan terhadap peran UMKM ditandai adanya deklarasi konferensi Dewan Internasional untuk usaha kecil (ICSB) pada tahun 2016. Dalam pleno ke-74 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), diwacanakan kebutuhan mendesak mengakui peran UMKM dalam pembangunan global.
“Resolusi yang dipresentasikan oleh Argentina ke PBB dengan dukungan ICSB, disponsori 45 anggota dan kemudian ditetapkan hari UMKM Internasional oleh PBB,” ujarnya.
Majelis Umum PBB menetapkan 27 Juni sebagai “Hari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah” dengan nomor resolusi A/RES/71/279 untuk meningkatkan kesadaran akan kontribusi luar biasa dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Menurutnya, UMKM bahkan diklaim sebagai tulang punggung untuk pembukaan lapangan kerja, khususnya di antara pekerja miskin, perempuan, pemuda, dan kelompok rentan.
Ary menyampaikan, dengan adanya perhatian PBB pada UMKM dan peringatan ke-5 Hari UMKM Internasional ini semoga bisa menjadikan pelaku UMKM di manapun berada sebagai social entrepreneurship yang mempunyai daya saing dan dapat bertumbuh secara inklusif di era disrupsi dan pascapandemi.
“UMKM harus menjadi lebih tahan terhadap guncangan yang terjadi, sedangkan stimulus harus diarahkan yang paling kena pengaruh akibat gangguan rantai pasokan global, kenaikan inflasi dan konsekuensi berkelanjutan dari adanya pandemi Covid-19,” katanya.
Dalam menyambut hari UMKM Internasional itu, ujar Ary dalam siaran pers, ada 6 pleno diikuti beberapa negara untuk membahas proyeksi UMKM secara global. Pleno I membahas isu Resilience and Building oleh Camilio Pinzon (AEI Board—Ekuador), Roberto Rosotto (GM ProCordoba—Argentina), Henry Ritha (Chief Executive Center of Regional Economics & California Center), Ralf Bredel (Director and UNIDO Representative to the UN and international organizations), Severine Deboos-David (Team leader, Enabling Environment for Sustainable Enterprises).
Pada Pleno II, roundtable with entrepreneur untuk memahami lebih jauh tentang situasi UMKM global. Pleno III membahas tentang isu perempuan dalam pembangunan, yang dilanjutkan Pleno IV membahas peran pendidikan dalam mendukung UMKM untuk selaras dengan tujuan SDGs. Pleno V dan VI secara bertahap membahas inovasi UMKM dan dukungan diaspora dalam mencapai SDGs.
PBB menganjurkan kepada anggotanya agar pembuat kebijakan harus bergerak melampaui pemulihan dan mempertimbangkan cara untuk menurunkan dan menghilangkan hambatan yang dihadapi oleh UMKM, meningkatkan akses ke keuangan, pasar, dan teknologi di masa disrupsi ini.
“Sangat penting bagi negara dan mitra pembangunannya untuk terus mendukung dan memberdayakan UMKM, membuka potensi penuh UMKM melalui inovasi yang menginspirasi, kreatif, dan pembukaan lapangan kerja yang layak untuk semu,” kata Ary mengutip pesan PBB.